Ahad 07 Dec 2014 15:05 WIB

Muhammadiyah Jadi Penentu Kemajuan Bangsa

Rep: c74/ Red: Agung Sasongko
Logo Muhammadiyah di Masjid At-Taqwa, kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (27/6) malam.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Logo Muhammadiyah di Masjid At-Taqwa, kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (27/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG -- Ketua Pembina Universitas Muhammadiyah Malang Prof Dr H.A Malik Fadjar menegaskan Muhammadiyah bukan sekedar organisasi, tapi sebuah pergerakan karena dengan dinamika Muhammadiyah dan pernak-pernik kehidupan berbangsa, Muhammadiyah harus hidup di tengah-tengah realita, bukan di ruang vakum.

"Jangan sampai kita terlena pada pandangan yang terbatas hanya di dalam saja tanpa melihat dan memandang dari luar,"kata Malik Fadjar saat membuka acara UMM Award, Ahad (7/12).

Mantan Menteri Agama pada Era Gus Dur ini mengatakan dari 133 orang yang paling berpengaruh di dunia ada tiga orang Muhammadiya. Salah satunya Buya Hamka. Malik Fajar mengatakan Muhammadiyah jangan hanya memandang ke dalam, dengan melihat keluar maka generasi muda Muhammadiyah dapat juga menjadi orang yang berpengaruh.

"Jika hanya melihat ke dalam hanya sebuah kesumpekan dan 'cakar-cakaran' saja, sementara ide-ide besar Muhammadiyah akan terlupakan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua PP Aisyiyah periode 1985-2000 Dra Elyda Jazman mengatakan kaum muda yang meneruskan perjuangkan untuk meningkatkan kualitas bangsa. Angkatan muda harus mampu meneruskan nilai-nilai kemuhammadiyah. Karena Muhammadiyah bukan lagi pembantu negara tapi juga penentu arah kemajuan bangsa.

"Sekarang tidak adalagi pembantu tapi asisten, Muhammdiyah sekarang ini bukan lagi asisten negara tapi juga penentu," kata Alyda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement