REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin mengungkapkan salah satu program utama yang belum tuntas dilakukan Baznas adalah penghimpunan zakat yang belum maksimal.
Zakat yang sudah terhimpun dan tercatat di Baznas dari seluruh Baznas daerah dan Laznas baru sekitar Rp 3 Triliyun setiap tahun.
''Sementara potensi zakat di Indonesia kurang lebih Rp 200 Triliyun,'' ungkap ketua umum Badan Amal Zakat Nasional (Baznas) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin kepada Republika, Ahad (7/12) .
Menurut kiai Didin, perlu terus menerus dilakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat tentang urgensi zakat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sinergi perlu terus dilakukan dengan berbagai komponen umat, ormas islam, institusi pendidikan, masjid dan lain-lain. ''Gerakan zakat harus menjadi gerakan nasional,'' jelas kiai Didin.
Program pemberdayaan zakat, kata kiai Didin, harus dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan yang dapat meningkatkan kwalitas hidup kaum dluafa, seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan ekonomi dan kegiatan ibadah.
''Pemberdayaan zakat yang terus menerus juga akan berdampak positif pada penghimpunan,'' ungkai kiai Didin menjelaskan.
Ia juga menjelaskan, penguatan kelembagaan Amil Zakat perlu terus menerus dilakukan agar menjadi amil zakat yang kuat, amanah dan terpercaya, diisi oleh para amil yang memiliki integritas pribadi yang kuat, pengetahuan tentang zakat dan manajmen yang komprehensip.
''Amil zakat yang mencintai mustahik dan muzakki. Semua ini dapat meningkatkan penghimpunan zakat,'' paparnya menambahkan.
Kiai Didin berharap pengurus Baznas di masa mendatang dapat melaksanakan tugas dengan baik. ''Mudah mudahan pengurus Baznas yang akan datang dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga potensi zakat digali secara optimal dan semakin bermanfaat bagi kaum dluafa.''