Jumat 05 Dec 2014 09:15 WIB

Muliakan Anak Yatim (2-habis)

Ratusan anak yatim dan dhuafa bersama-sama membaca Alquran
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ratusan anak yatim dan dhuafa bersama-sama membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hafidz Muftisani

Profesionalisme pengelolaan anak yatim di Rumah Yatim terlihat dari fasilitas yang diberikan. Selain asrama yang disebut apartemen yatim sangat representatif, bantuan pendidikan pun dikelola dengan profesional.

“Kita ada program dokter yatim. Kita serius mencetak mereka yang punya potensi jadi dokte,r tapi terhalang dana karena yatim,” ujar Ustaz Ahmad.

Selain itu, berbicara anak yatim tak lepas dari faktor fisik dan psikis. “Rata-rata anak yatim punya gangguan psikologis. Mereka kehilangan figur ayah. Kalau tidak terkelola, mereka bisa jadi nakal karena tidak ada yang ditakuti lagi,” katanya.

Rumah Yatim, Ustaz Ahmad mengungkapkan, sudah memiliki standar baku pengelolaan anak yatim hasil kerja sama dengan UNICEF.

“Sering lembaga sosial lebih menekankan pengembangan potensi. Namun, masalah yang mendasar, seperti kebutuhan kasih sayang belum diselesaikan,” ujarnya memberi contoh.

Harapannya dengan standar ini anak yatim yang sudah dibina muncul dengan soft skill yang mumpuni. Ustaz Ahmad berujar alumni Rumah Yatim juga mesti memiliki spesifikasi keterampilan. “Bahasa Inggris oke, punya SIM A untuk mengemudi mobil dan bakat khusus sesuai minat.”

Secara subtansi, sebenarnya pengelolaan anak yatim berbasis asrama sifatnya alternatif. “Utamanya tetap di keluarga. Kalau masih ada ibu, nenek, atau keluarganya, ya ikut keluarganya,” katanya. Bantuan tetap akan diberikan Rumah Yatim, namun sang anak tidak kehilangan kedekatan dengan keluarga.

Direktur Panti Yatim Suparjat mengamini pernyataan Ustaz Ahmad. Di Panti Yatim sendiri diutamakan sang anak tetap bersama keluarga. “Itu anjuran dari Dinas Sosial juga. Agar kedekatan tetap terjalin,” ujarnya. Panti Yatim selain mengasuh anak yatim juga membina anak dhuafa.

Meski diakui Siparjat komposisi anak yatim masih lebih dominan. Untuk anak yatim dan dhuafa yang akan mendapat bantuan dipantau secara serius oleh Panti Yatim. “Harus ada yang survei langsung ke rumahnya. Bagaimana kondisi aslinya. Ada petugas khusus yang melakukan itu.”

Meski anjuran Dinas Sosial anak yatim maksimal dibina hingga usia 18 tahun, Panti Yatim berkomitmen terus membantu anak asuhan yang berprestasi. “Kita bantu terus sampai kuliahnya kalau berprestasi. Namun, tidak tinggal di asrama agar mandiri.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement