REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Zaynah Qutubuddin, Muslim asal Boston kerap gundah ketika bicara soal potong rambut dan salon kecantikan. Pasalnya, tidak ada salon khusus Muslimah. Yang ada, salon konvensional dengan penata rambut sebagian besar adalah laki-laki.
“Islam juga membahas masalah kebersihan, dan kesopanan,” kata dia seperti dilansir Muslimvillage, Senin (17/11).
Perlahan, populasi Muslim yang terus meningkat dibarengi dengan kemunculan produk dan jasa khusus Muslimah. Belum lama ini, di Cambridge, dibuka salon ramah hijab. Salon itu bernama Faron Salon. Salon ini memiliki ruang khusus untuk Muslimah berhijab.
Faron Fares, pemilik Faron Salon mengaku sempat kesulitan menata gaya rambut seorang Muslimah. Namun, yang lebih sulit lagi, ketika membuat privasi khusus Muslimah. Namun, pada akhirnya ia menyiapkan salonnya khusus untuk Muslimah.
“Saya percaya, setiap perempuan, juga Muslimah ingin tampil menakjubkan setiap saat,” kata dia.
Ketika memutuskan melayani Muslimah, Faron banyak mendapat kritik. Ia jawab kritik itu dengan menjelaskan mengapa Muslimah membutuhkan privasi khusus. Juga mengapa privasi ini penting bagi mereka. “Sebagian marah, tapi setelah saya jelaskan sebagian lagi menerima,” kata dia.
Ojee Hosein, salah satu penata rambut Muslimah mengaku kebanyakan kliennya menginginkan tidak seorang pun melihat rambut mereka. “Jadi, saya harus beroperasi di ruang bawah tanah. Saya bilang kepada keluarga, jangan ke ruang bawah tanah sebelum saya selesai,” ungkapnya.
Jill Alban,penata rambut lainnya, akhirnya membuka ruang khusus untuk Muslimah. Ini karena, 85 persen klien Alban adalah Muslim. “Hanya klien perempuan yang boleh kemari,” ucap dia.
Homa, salah seorang Muslimah Boston punya siasat ketika hendak pergi ke salon. Ia membuat janji lebih awal apabila tidak ada salon yang secara khusus melayani Muslimah. “Memang siasat ini tidak sepenuhnya berhasil. Tapi setidaknya lebih menenangkan,” kata dia.