Kamis 13 Nov 2014 17:47 WIB

Lukman Harun, Sang Organisatoris Andal (3-habis)

Lukman Harun.
Foto: Umm.ac.id/ca
Lukman Harun.

Oleh: Amri Amrullah     

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mengatakan, Lukman Harun merupakan tokoh Muslim yang telah memberikan sumbangsih keilmuan terhadap dunia Islam dan internasional.

Din yang juga menjabat sebagai presiden ACRP tak segan menyebut sosok Lukman dengan gelar menteri luar negerinya Muhammadiyah.

Menurut Din, pemikiran Lukman visioner dalam memajukan politik bangsa Indonesia. Karya dan jasanya sangat berpengaruh bagi perpolitikan nasional saat itu.

Terlebih, ia adalah seorang pakar politik, diplomat ulung, dan juga memiliki kepedulian sosial. “Kepekaannya terhadap masyarakat bawah sangat tinggi,” ujar Ketua Umum MUI ini, seperti dikutip dari sebuah seminar bertajuk “Lukman Harun, Muhammadiyah dan Dunia Islam” di UIN Jakarta.

Pada saat memasuki era 1990, terjadi perbedaan pandangan yang cukup tajam antara Lukman Harun yang saat itu sudah menjadi tokoh senior di Muhammadiyah dan Amien Rais yang menjadi salah satu pengurus PP Muhammadiyah.

Semangat Amien Rais yang menginginkan adanya suksesi  pemerintahan Orde Baru, diwacanakan sejak 1993, termasuk dalam perhelatan tanwir.

Lukman melemparkan kritik tajam atas wacana tersebut. Ia menganggap Amien seolah berusaha membawa Muhammadiyah ke ranah politik dan menjadikan organisasi ini sebagai kendaraan politik. Meski akhirnya gagasan tersebut kandas lantaran peserta tanwir menolaknya.

Menurut dia, seharusnya kader Muhammadiyah memberikan kritik yang lebih menyejukkan. Sebab, menurut dia, Muhammadiyah memiliki cara tersendiri dalam menjaga hubungan dengan dunia politik dan pemerintah. Namun, Lukman menampik sikap kritis Amien tersebut, bukan karena ia pernah berada di Partai Golkar.

Lukman mengungkapkan, hubungannya dengan Amien Rais sangat baik meskipun ada perbedaan pendapat dan pandangan dalam memandang solusi politik nasional.

Namun, sosok organisatoris dan aktivis Muslim internasional tersebut akhirnya harus tutup usia pada Kamis, 8 Maret 1999, di usia 65 tahun, beberapa bulan setelah terjadinya reformasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement