REPUBLIKA.CO. JAKARTA -- Ketua Satgas Program Nasional Penanggulangan Terorisme Prof Dr Nasaruddin Umar akan mencegah radikalisme dengan mengcegah perdaran buku-buku yang diterbitkan oleh kelompok radikal. Penyebaran pemahaman lewat buku sangat cepat diserap oleh pembacanya.
"Salah satu yang harus dilakukan adalah, meng-counter buku-buku kecil yang diterbitkan oleh kelompok-kelompok radikalisme," kata Nasaruddin usai diskusi tentang Radikalisme, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (29/10).
Saat ini, BNPT sudah melakukan pemantauan dan penandaan penerbit-penerbit yang terindikasi mencetak buku-buku tersebut. "Penerbit sudah dipantau, nanti ditindaklanjuti agar tak menerbitkan, atau dicegah dengan cara ditutup," katanya.
Karena, menurutnya, banyak aspek yang perlu dikhawatirkan pada buku-buku tersebut. Banyak buku yang salah menggambarkan makna jihad. "Bahayanya, buku tersebut menggambarkan jihad dengan ayat yang ditafsirkan salah," katanya.
Sehingga, banyak pemahaman yang dengan mudah memberikan pengecapan kafir terhadap golongan-golongan yang tidak sepaham dengan mereka. "Jika anak-anak melihat buku ini sangat bahaya, karena mudah terpengaruh," katanya.
Selain buku, Nasaruddin juga menandai ada sekitar 100 website yang memunculkan konten-konten yang sangat keras dan menyesatkan. "Ada sekitar 30 website di Indonesia," ungkapnya.
Bahkan, menurut Nasaruddin website tersebut sudah dilaporkan kepada Kementrian Komonikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan sudah ditutup.
"Karena, ditutup 30 malah muncul lagi 40, jadi tidak pernah selesai, terlebih membuat website saat ini mudah dan gratis," ungkapnya.