Senin 27 Oct 2014 13:52 WIB

Tunjangan Penghulu Dijanjikan Cair Bulan November

Rep: c 78/ Red: Indah Wulandari
Inspektur Jenderal Kementerian Agama Muhammad Yasin (kiri) bersama Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas saat memberikan keterangan pers terkait gratifikasi penghulu di Gedung KPK, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan
Inspektur Jenderal Kementerian Agama Muhammad Yasin (kiri) bersama Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas saat memberikan keterangan pers terkait gratifikasi penghulu di Gedung KPK, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Prosedur perizinan pencairan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk tunjangan penghulu tuntas akhir pekan lalu. Namun, pencairan belum dapat dilakukan karena Kementerian Agama (Kemenag) merevisi besaran pendapatan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) 24/2014 sebagai regulasi turunan dari PP Tarif Nikah.  

“Pencairan PNBP ke KUA diperkirakan pertengahan November 2014, PMA tentang biaya nikah akan diamandemen dulu,” kata Inspektur Jenderal Kemenag M Jasin, Senin (27/10).

Amandemen khususnya mengenai pengelola PNBP oleh Sekretaris Jenderal ( Sekjen) Kemenag diubah menjadi oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) atas rekomendasi Kementerian Keuangan.  

Mantan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini juga menerangkan, dalam proses amandemen, Kemenag juga tengah mengatur petunjuk pelaksanaan (Juklak) peraturan Ditjen Bimas Islam tentang pencairan PNBP biaya nikah.

“Sekarang Ditjen Bimas Islam sedang rapat dengan Itjen untuk mereview anggaran Bimas Islam terkait PNBP,” tuturnya.  

Sebelumnya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Muchtar Ali juga menjanjikan hal serupa, bahwa pencairan tunjangan penghulu akan dilaksanakan awal November 2014.

Saat ini, kata dia, Kemenag tengah merevisi terlebih dahulu besaran nilai pendapatan PNBP yang semula Rp 30 ribu menjadi Rp 600 ribu. Ia optimis proses revisi akan cepat karena hanya melibatkan Kemenag saja, sebab urusan di Kemenkeu telah rampung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement