REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan segera berakhir dalam hitungan hari. Selanjutnya, kabinet akan berganti di bawah kepemimpinan presiden terpilih, Joko Widodo.
Menyadari hal tersebut, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pesan perpisahan seusai menyampaikan sambutan dalam Rapat Pimpinan unit Eselon I Kementerian Agama tahun anggaran 2014 yang berlangsung pada 14-15 Oktober 2014.
Peserta rapat terdiri dari para jajaran pejabat Kemenag serta seluruh kepala kantor wilayah provinsi se-Indonesia. Pesan pertama, Menag berharap, Kementerian Agama (Kemenag) dapat kembali memeroleh kepercayaan publik.
Dikatakannya, Kemenag merupakan satu-satunya kementerian yang khas dan merupakan warisan dari para pendiri bangsa berbasis ulama.
Pendirian Kemenag, kata alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor ini, salah satunya bertujuan menjadi pemersatu dan menjalin juga merajut keberagaman semua kita.
“Keberadaan kemenag merupakan bukti negara ini sangat menjunjung tinggi keberagaman dan nilai-nilai agama,” ujarnya dengan suaranya yang masih serak sepulang dari Tanah Suci.
Sebab merupakan sebuah warisan, seharusnya para jajaran pengurusnya harus dapat menjaga keutuhan dan kepercayaannya di tengah kemajemukan bangsa yang niscaya.
Kesalahan Kemenag di masa lalu, kata dia, di mana pada akhirnya kepercayaan publik terganggu, harus segera diobati.
Caranya dengan memperbaiki kinerja, melakukan transparansi terhadap semua kinerja, serta tidak menjadi golongan orang munafik yang mengkhianati kepercayaan publik. “Mari teladani Rasulullah Al-Amin,” ajak Lukman.
Pesan kedua, menag menginginkan Kemenag dalam kepemimpinan Kabinet yang baru, melanjutkan prinsip efisiensi dalam penggunaan anggaran, sebagaimana dicontohkan dalam efisiensi pemondokan haji. Efisiensi, kata dia, penting untuk menekan korupsi serta melakukan alokasi anggaran tepat sasaran.
Selanjutnya, Menag juga berharap semua lini Kemenag dapat menghadirkan diri di masyarakat, agar kehadirannya terasa sebagai pelayan publik yang baik. Terutama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti Kantor Urusan Agama, pelayanan haji dan umrah dan pelayanan lainnya.
Terakhir, menag mengajak para pegawai agar terus berlomba-lomba dalam memperoleh kebaikan sehingga ketika tidak lagi menjadi pegawai Kemenag, meninggalkan warisan baik yang ditinggalkan. “Syukur-syukur warisan itu bisa dikembangkan,” pungkasnya.