Ahad 12 Oct 2014 14:58 WIB

Usai Berhijrah, Apa Lagi yang Perlu Diperkuat?

Rep: Hanan Putra/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hakikatnya, berhijrah adalah menuju lebih baik. Yang menjadi tantangan, bagaimana mempertahankan capaian, dan terus meningkatkan aktualisasi diri agar lebih baik.

Founder Cinta Quran Ustaz Fatih Karim, mengatakan jijrah akan menjadi semu kalau tata kehidupan setiap Muslim masih seperti itu juga. Jadi, hijrah itu jadinya hanya bersifat sesaat saja. Karena tatanan ekonomi, sistem pemerintahan, dan sistem sosial di Indonesia sekarang ini belum Islami.

"Ibarat kita bersihkan kaki kanan dari najis, kita harus dipaksa sebenarnya menginjak dengan kaki kiri. Kita masih di dalam kubangan lumpur," kata dia.

Menurutnya, hijrah yang hakiki adalah ketika masyarakat itu ditata dengan aturan Allah. Maka, hijrah itu menjadi yang sebenarnya. Inilah yang baginda Rasul contohkan dengan membangun peradaban Islam di Madinah yang jauh berbeda dengan pola hidup di Makkah.

Hijrah Individu saja tidaklah cukup jika tatanan masyarakat (sistem hidup) kita tidak juga hijrah menuju Islam. Karena, antara rasa ingin hijrah dengan tatanan kehidupan kita harus compatible, harus klop. "Contoh, kita ingin taat kepada Allah,namun sistem ekonomi banyak riba di mana-mana. Padahal, riba itu dosa besar, kan? Kita ingin taat kepada Allah, ingin menutup aurat. Tapi, di mana-mana menutup aurat ternyata susah. Kantor melarang, keluarga mencela," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement