REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Besar Masid Istiqlal Jakarta KH Ali Mustafa Yaqub mengingatkan hadits yang menyebut jika wukuf jatuh pada hari Jumat maka peristiwa tersebut merupakan haji akbar dan pahalanya sama dengan tujuh puluh kali haji adalah palsu. Pernyataan tersebut disampaikannya di Jakarta, Jumat (3/10), terkait dengan ramainya publik membicarakan bahwa pada tahun ini adalah haji akbar.
Ia mengimbau agar umat Islam untuk tidak mudah percaya dan ikut-ikutan. Usai sidang itsbat penetapan awal bulan Zulhijjah 1435 H, di gedung Kementerian Agama Jakarta pada 24 September 2014, sempat terdengar di antara peserta menyebut bahwa karena wukuf jatuh pada hari Jumat, maka Idul Adha tahun ini disebut sebagai haji akbar.
"Ada yang mengatakan, hari Arafah. Sementara Imam Malik, Imam as-Syafi'i, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa haji akbar adalah hari Nahr (Idul Adha)," katanya.
Sementara sebagian ulama menjelaskan, `dinamakan hari haji akbar, untuk membedakannya dengan haji Asghar, yaitu umrah. (Syarh Sahih Muslimkarya An-Nawawi, 9:116). Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, ulama berbeda pendapat tentang makna haji asghar.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa haji asghar adalah umrah. Ada juga yang mengatakan, 'Haji asghar adalah hari arafah (9 Dzulhijah) dan haji akbar adalah Idul Adha'. Karena di hari Idul Adha merupakan penyempurna kegiatan manasik haji yang belum dilakukan." (Fathul Bari Syarh Sahih Bukhari, 8:321).
Berbagai laman Islam, menyimpulkan bahwa penamaan haji akbar pada dasarnya adalah untuk membedakan dengan umrah atau dengan kegiatan haji yang lain. Sehingga tidak ada hubungannya dengan wukuf yang jatuh pada hari Jumat.
Kebetulan sekali Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menetapkan Idul Adha 1435 Hijriyah jatuh pada hari Sabtu (4/10). Dengan begitu pelaksanaan wukuf di Arafah bertepatan pada Jumat (3/10). Sebagian umat Islam ada yang percaya bahwa pelaksanaan wukuf bertepatan dengan hari Jumat itu disebut haji akbar.
Imam Besar Masid Istiqlal Jakarta KH Ali Mustafa Ya'qub kembali menegaskan, hadits yang menyebut bahwa jika wukuf jatuh pada hari Jumat maka pahala haji sama dengan tujuh puluh kali haji adalah "hadits maudhu" atau palsu.
Ia mengimbau umat Islam untuk tidak mudah percaya dan ikut-ikutan. Hadits itu, ia melanjutkan, sengaja dipakai orang untuk kepentingan tertentu. Diharapkan umat Islam tidak ikut-ikutan.
Ya'qub mengakui, istilah haji akbar memang ada. Tetapi, harus dipahami bahwa haji akbar itu adalah haji yang dilakukan dengan menjalankan wukuf di Arafah. Ibadah haji setiap tahun itu merupakan haji akbar karena wukuf adalah salah satu rukun haji. Sedangkan yang tidak wukuf disebut haji asghar atau haji kecil.
"Itulah yang dimaksud umrah," ujarnya.
Bila merujuk kepada Alquran, maka haji akbar adalah haji terakhir Rasulullah SAW atau haji wada' pada tahun ke-10 hijriyah, (QS. At-Taubah: 3). Sat itu hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat. Tetapi, "asbabun nuzul" atau sebab turunnya ayat tersebut secara substansi adalah tidak diperkenankannya lagi kaum musyrikin untuk berhaji dan melakukan thawaf sambil telanjang setelah tahun itu.
Ya'qub menegaskan, keutamaan wukuf di Arafah pada hari Jumat adalah karena memang hari itu dalam Islam memang hari yang utama. Untuk itu diimbau kepada seluruh jamaah haji Indonesia agar tetap khusyu' melaksanakan ibadah. Serta tidak terpengaruh apapun dalam menjalankan ibadah.