Rabu 24 Sep 2014 20:00 WIB

Beda Puasa Arafah, Ini Kata PBNU

Rep: c78/ Red: Agung Sasongko
Wukuf di Arafah
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Wukuf di Arafah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Perbedaan tanggal dan waktu penetapan Hari Raya Idul Adha di setiap wilayah menjadi niscaya, sebab berbeda waktu pergerakan matahari dan bulan. Oleh sebab itu, jika dari hasil rukyat di Indonesia yang akan ditetapkan malam ini, berbeda dengan hasil rukyat di Saudi Arabia,—sehingga terjadi pula perbedaan di antara kedua wilayah dalam melaksanakan puasa Arafah dan haram berpuasa di hari tasyriq pada 11, 12 dan 13 Dzulhijah—hal tersebut tidak mesti dipermasalahkan.

“Sah-sah saja, karena beda wilayah, kita tidak ngikut hasil isbat Saudi,” kata Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ghazali Masruri kepada ROL, Rabu (25/9).

Ia menegaskan, puasa Arafah dan ketetapan hari tasyrik bagi warga yang berada di wilayah Indonesia tidak mesti sama dengan ketetapan yang terjadi bagi jamaah haji dan warga Saudi di Makkah. “Orang puasa Arafah mengacu pada ketetapan isbat masing-masing Negara,” ujarnya. kiayi Ghazali menerangkan, hari Arafah sangat penting dan memiliki nilai sejarah yang sacral bagi umat Islam.

Pada hari tersebut, pernah terjadi di mana Nabi Ibrahim mantap menyembelih anaknya Ismail di kawasan Arafah, atas pedoman wahyu Allah. Kemudian, berkat sifat Mahapenyayangnya, Allah menggantikan Ismail dengan hewan ternak. Peristiwa itu pun, kata dia, menjadi tonggak penetapan sejarah paling monumental bagi umat Islam sehingga disunatkan untuk berpuasa, yakni pada 9 Zulhijah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement