REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya agar pada hari Arafah mereka melaksanakan puasa sunah. Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, beliau menyatakan, puasa sunah Arafah akan menghapus dosa dua tahun, yakni setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.
Sejak tanggal 1 Dzulhijjah, Nabi SAW kerap memberikan motivasi agar para sahabat beliau senantiasa beramal saleh. Sebab, amal saleh yang dilakukan pada 10 hari pertama Dzulhijjah tidak hanya sangat dicintai Allah SWT, tetapi juga disamakan dengan pahala mati syahid.
Penekanan itu mengisyaratkan agar umat Islam terbiasa menghidupkan syiar Dzulhijjah yang sedemikian agung itu di sisi Allah SWT. Puncaknya, tanggal 10 Dzulhijjah, yaitu hari raya Idul Adha dan menyembelih hewan kurban.
Kata "kurban" dari bahasa Arab, yaitu "qaruba-yaqrubu" (mendekat). Maksudnya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan kurban.
Pelaksanaannya harus sehari setelah Arafah, yaitu seusai shalat Idul Adha. Maka jika penyembelihannya dilakukan sebelum shalat Idul Adha, itu bukan kurban, melainkan sedekah biasa.
Kapan puasa Arafah?
Kata arafa satu akar dengan kata arafa ya’rifu (mengenal). Di Bukit Arafah, Nabi Adam dan Hawa bertemu kembali usai mereka diturunkan oleh Allah Ta'ala ke bumi.
Padang Arafah pun menjadi lokasi jamaah haji melakukan wukuf. Betapa penting momen ini. Nabi Muhammad SAW menegaskan, "Haji adalah Arafah." Maksudnya, puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah.
View this post on Instagram