Rabu 24 Sep 2014 15:11 WIB

Ini Makna Historis dan Sosial Idul Adha (2-habis)

Rep: sonia fitri/ Red: Damanhuri Zuhri
Penyembelihan hewan kurban di Masjid At-Taqwa, Vila Regensi Tangerang II, Pasar Kemis, Tangerang, Sabtu (27/10).
Foto: ROL/Chairul Akhmad
Penyembelihan hewan kurban di Masjid At-Taqwa, Vila Regensi Tangerang II, Pasar Kemis, Tangerang, Sabtu (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID,

Sementara, efek sosial dari praktik qurban di Idul Adha ialah berbagi. Sebab tidak semua masyarakat Islam dapat setiap hari memakan daging kurban. Bahkan bagi kelompok tertentu, makan daging yang halal itu hanya setahun sekali, ketika Idul Qurban saja.

Selama ini, kata Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, yang juga jadi kendala idul qurban ada dalam hal pemerataan. Makanya, sesama anggota masyarakat harus saling memperhatikan masing-masing tetangganya.

Bagi daerah yang memeroleh pengumpulan hewan lebih banyak karena didominasi orang-orang berada, disarankan agar membagi sebagiannya kepada daerah yang belum memiliki hewan qurban. “Saling berbagi, agar semua bisa makan daging saat idul Adha,” tuturnya.

Beragam nama disematkan untuk kedatangan tanggal 10 Dzulhijah dalam kalender Islam. Di antaranya, hari tersebut diperingati sebagai Idul Adha, Hari Raya Haji dan Idul Qurban. Disebut Hari Raya Haji karena ada sebagian kaum muslimin yang menunaikan haji ke tanah suci dan melaksanakan wukuf di Arafah.

Sedangkan Idul Qurban disebabkan pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya meski belum mampu mengerjakan perjalanan haji.

Kesempatan tersebut salah satunya dilakukan dengan cara menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement