REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Musa Asy’arie mengatakan Indonesia merupakan tempat ideal untuk belajar Islam, demokrasi dan pruralisasi. Sebab Negara-negara Islam di Timur Tengah kuat di Islam, tetapi belum kuat pada demokrasi dan pruralisasi.
Musa mengemukakan hal itu kepada wartawan di sela-sela Tasyakuran UIN Sunan Kalijaga mendapatkan nilai A pada Akreditasi Institusi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) di Kampus UIN Suka Yogyakarta, Kamis (11/9). UIN Suka yang pertama kali mengajukan akreditasi langsung berhasil mendapatkan nilai A.
Meskipun sudah mendapatkan akreditasi institusi A, UIN Sunan Kalijaga masih harus dibenahi. Musa yang tinggal empat bulan menjadi rektor, mengusulkan agar jumlah guru besar terus ditambah sehingga bisa memperkuat nilai akreditasi ini. Saat ini, jumlah professor sebanyak 36 orang, doktor sudah di atas 100 orang. Sehingga ketika sumber daya manusia (SDM) ditingkatkan kualitasnya, UIN Suka bisa lebih mengungguli perguruan tinggi lainnya.
Selain itu, program internasional juga perlu diperkuat untuk menyongsong penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. “Banyak perguruan tinggi kita cukup layak untuk menjadi perguruan tinggi internasional. Contohnya, kalau mereka mau belajar Islam, universitas mana? Ya, di Indonesia. Karena di Indonesia banyak perguruan tinggi Islam yang berhasil memadukan antara Islam, demokrasi dan pruralilitas,” tandas Musa.
Menurut Musa, di negeri asal Islam tidak bisa memberikan keterpaduan yang baik di antara ketiganya. “Di Mesir, sampai hari ini Ihwanul Muslimin dikejar-kejar, dan dibunuh. Kemudian di Libia, Irak, Suriah masih kacau. Jadi menurut saya, kalau mau belajar demokrasi, pruralisme ya di Indonesia. Tidak di Negara-negara Timur Tengah. Unggula ini harus dipupuk dan dikenalkan pada dunia internasional,” katanya.