Kamis 21 Aug 2014 09:04 WIB

Makna Holistis Silaturahim: Bersilaturahim dengan Benda Mati (1)

Rasulullah telah mencontohkan silaturahmi dan menjalin hubungan keakraban dengan lingkungan sekitarnya.
Foto: ANTARA/Reno Esnir/ca
Rasulullah telah mencontohkan silaturahmi dan menjalin hubungan keakraban dengan lingkungan sekitarnya.

Oleh: Nasaruddin Umar

Makna silaturahim dalam Alquran dan hadis bukan hanya dengan sesama umat Islam. Alquran mengisyaratkan adanya silaturahim dengan alam raya (makrokosmos) selain sesama umat manusia (mikrokosmos).

Bersilaturahim dengan sesama umat manusia sudah lazim, terutama pasca-Idul Fitri, bahkan sudah dilembagakan dalam bentuk halal bihalal. Akan tetapi, bersilaturahim dengan alam raya sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan (ukhuwwah makhluqiyyah), terasa masih langka dan belum terlembagakan.

Padahal, Rasulullah telah mencontohkan silaturahmi dan menjalin hubungan keakraban dengan lingkungan sekitarnya. Seperti, lingkungan alam, misalnya, tanah, air, dan langit. Lingkungan hidup, seperti fauna dan flora, dan lingkungan makhluk spiritual, seperti bangsa jin, malaikat, dan para arwah manusia terdahulu.

  

Dalam kamus Tuhan, tidak ada istilah ‘benda mati’. Istilah benda mati hanya dikenal dalam kamus manusia biasa. Hal ini ditegaskan di dalam Alquran, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS al-Isra' [17]:44).

Bersilaturahim dengan mereka tidak kalah pentingnya dengan manusia. Gagal membangun silaturahim dan keakraban dengan makhluk makrokosmos bisa membawa malapetaka bagi manusia.

Hal ini sudah diingatkan Tuhan di dalam Alquran, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS ar-Ruum [30]:41).

Silaturahim dengan benda-benda mati banyak dicontohkan Rasulullah SAW. Antara lain, beliau melarang keras mencemari air; baik genangan air (al-ma’ al-rakid) maupun air yang mengalir (al-ma’ al-jari), suara tasbih butiran pasir di tangan Rasulullah, batu keras menjadi lunak saat penggalian Khandak, dan kasus di dinding dan daun pintu yang berbicara kepada Nabi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement