REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah/Neni Ridarineni
Sisa kuota diharapkan dapat terisi semua sesuai peruntukannya.
Terkait dengan pemvisaan, Abdul Djamil menginformasikan, hingga saat ini penyelesaian pemvisaan sudah mencapai 90 ribu, dengan target minimal satu hari 10 ribu visa. “Diharapkan, hingga lima hari sebelum wukuf, seluruh visa sudah selesai.”
Mengenai pemondokan jamaah haji di Tanah Suci, Kementerian Agama (Kemenag) berhasil melakukan efisiensi pemondokan, baik di Makkah (Rp 104 miliar) dan Madinah (Rp 40-50 miliar).
Untuk mendapatkan pemondokan tersebut, ia mengungkapkan, dilakukan proses negosiasi yang tidak hanya satu pihak, tetapi juga melibatkan berbagai pihak.
Tujuannya untuk menghindari tekanan dari pemilik pemondokan dan calo perumahan yang mencari keuntungan.
“Proses ini untuk memutus mata rantai calo-calo perumahan yang tentu mereka tidak happy dengan kebijakan ini, tapi ini yang ditegaskan dalam setiap koordinasi. Kita harus amanah dalam menjalankan tugas-tugas, di belakang kita adalah orang yang bercita-cita ingin menunaikan ibadah haji sebagai kewajiban,” ujarnya.
Abdul Djamil menegaskan, pemilik pemondokan tidak boleh melakukan pemadatan jamaah di satu kamar. Ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah.
“Seluruh upaya ini untuk menjawab catatan dari lembaga pengawas dan pemeriksa, khususnya kritik dari masyarakat tentang pelaksanaan haji,” kata Djamil.
Terkait virus ebola, Abdul Djamil melanjutkan, yang dilakukan Kemenag, yakni melakukan siaga dini. Salah satunya melalui koordinasi dengan instansi terkait, khususnya Kementerian Kesehatan.
Untuk mencegah tertular virus ebola, ia mengungkapkan, salah satunya, menjaga jamaah agar tetap prima. Juga, mengantinsipasi kontak langsung jamaah dari negara-negara yang terindikasi.
“Permasalahan ini sudah menjadi kesadaran kolektif internasional. Tapi, ini jangan sampai menimbulkan kepanikan di kalangan jamaah dan masyarakat.”