REPUBLIKA.CO.ID,
Keempat, mengatur tempat istirahat dengan rapi indah meski cukup padat (berjejal), termasuk membuat kesepakatan dengan seluruh penghuni kamar sampai di mana batas daerah suci/bersih sandal atau sepatu boleh masuk.
Sehingga bila sudah jelas area bersih dan tidak, para jamaah haji bisa duduk atau tiduran dengan santai dan mantap.
kelima, jika bersin atau batuk jangan menghadap ke arah orang lain. Pada saat bersin harus ditutup dengan tisu atau sapu tangan atau ke arah lengan baju sendiri sambil menutup area muklut-hidung.
Jika akan membuang ingus sebaiknya satu lobang hidung bergantian, jangan keduanya bersama untuk kesehatan hidung dan telinga, karena ada hubungan antara hidung dengan telinga tengah.
Keenam, cuci sajadah atau sorban yang sering digunakan sebagai alas shalat atau alas duduk. Cermati bagian yang atas atau bawah yag menempel pada tubuh, agar kulit tidak kontak dengan bagian sajadah atau sorban yang kadang dipakai sebagai alas atau sajadah.
Ketujuh, membawa tempat alas kaki (sandal atau sepatu) di saat beribadah di masjid (agar jika pulang bisa langsung tanpa harus kembali ke temoat menaruh alas kaki), jangan dititipkan teman/istri.
''Dari beberapa kejadian yang kami temui ada dua jamaah haji yang kakinya yang satu melepuh dan satunya membusuk. Karena usai thawaf umrah dan sa’i siang hari kedua jamaah haji tersebut terpisah dengan istrinya yang dititipi sandal,'' ujarnya.
Akhirnya, sambung Probosuseno, kedua laki-laki tersebut berjalan dengan kaki tanpa alas kaki dan akhirnya luka yang sulit sembuh.
''Karena punya sakit kencing manis (red. diabetes mellitus),''ungkap dr Probo (panggilan akrab dr Probosuseno. SpPD-KGer, FINASIM.