REPUBLIKA.CO.ID, Pola penyebaran Islam di Tatar Sunda lebih progresif dibandingkan dengan Islamisasi tanah Jawa secara umum.
Menurut Ketua Program Studi Pascasarjana Universitas Indonesia Dr Hanief Saha Ghafur, hal itu antara lain karena pengaruh Hindu-Buddha tidak begitu kuat di kawasan ini.
“Penerimaan masyarakat Sunda terhadap Islam lebih berakar dan leading,” katanya kepada wartawan Republika Nashih Nashrullah. Berikut petikan perbincangannya:.
Seperti apa pola penyebaran Islam di Jawa Barat?
Begini, Islam di Jawa secara umum sebetulnya lebih bertemunya sebuah kebudayan transnasional, dalam hal ini Islam, berpapasan dengan tradisi lokal Sunda, Jawa, dan beberapa unsur lokal lainnya.
Ada semacam kategorisasi yang kuat, bahwa daerah dengan pengaruh Hindu-Buddha di sana, sebelum kedatangan Islam, maka Islam harus bergulat keras dengan tradisi lokal. Jika ditelusuri, tradisi Hindu-Buddha itu begitu kuat di Jawa Tengah, tidak di Sunda atau di Jawa Timur, misalnya. Di Sunda, ada Priangan yang menjadi pusat kebudayaan Sunda. Di luar wilayah ini disebut dengan berdikan atau kawasan yang jauh dari peradaban.
Nah, sekarang apa kaitannya dengan persebaran Islam? Bahwa jika di kawasan tersebut Hindu atau Buddha kuat, Islam juga memiliki pergulatan cukup kuat untuk meyakinkan agama tersebut pada masyarakat di kawasan itu, karena memang tidak bisa serta-merta mereka akan menerima Islam. Terjadilah akulturasi dan enkulturasi budaya. Saling terjadi simbiosis antara kebudayaan Sunda dan Islam, begitu juga sebaliknya.
Jadi karakter Islamisasi di Jabar lebih progresif?
Benar. Bagi daerah berdikan, Islam itu cepat tetapi juga lebih puritan ketimbang daerah dari kawasan Hindu-Buddha. Islam memang bermula dari Jawa tengah sebetulnya, tetapi akibat pengaruh kuat keyakinan pra-Islam pergulatan Islam pun juga tak kalah keras, bahkan cenderung lambat. Wajar bila di kawasan Jawa Tengah muncul sinkretisme, berbeda dengan wilayah Jabar, meskipun ada tetapi itu sedikit.
Penerimaan masyarakat Sunda terhadap Islam lebih berakar dan leading dibanding budaya Sunda itu sendiri. Norma, etika, dan aturan Islam begitu cepat diserap. Persis seperti pola sebaran Islam di kawasan yang tak terpengaruh kuat Hindu-Buddha di seluruh nusantara. Pantas bila di Sumatra Barat, Islam begitu kuat.