Kamis 14 Aug 2014 14:13 WIB

Islam, Manuskrip, dan Tatar Sunda (1)

Sejumlah warga masyarakat Adat dari pelbagai kampung Adat di Jawa Barat mengikuti acara Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Sunda (FBMATS) di Kabupaten Bandung.
Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ca
Sejumlah warga masyarakat Adat dari pelbagai kampung Adat di Jawa Barat mengikuti acara Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Sunda (FBMATS) di Kabupaten Bandung.

Oleh: Nashih Nashrullah      

Untuk kesekian kalinya, dalam studi sejarah Islam nusantara, peran manuskrip atau naskah Islam klasik lokal sangat berarti. Manuskrip menjadi bukti empiris yang menguatkan beragam hipotesa sejarah di lapangan.

Tentu ada banyak data lain, seperti warisan berbentuk fisik bangunan, masjid, makam, atau lainnya, tetapi tetap saja manuskrip lebih unggul. Hanya saja, kondisi naskah-naskah kuno itu sering kali jauh memprihatinkan ketimbang bangunan-bangunan itu sendiri.

Menelusuri sejarah penyebaran Islam di Tanah Pasundan juga tak bisa terlepas dari referensi berupa naskah-naskah Sunda kuno tersebut.

Menurut Hadi S Ekadjati dalam Pengetahuan Geografi Masyarakat Sunda Berdasarkan Manuskrip Sunda Kuno dan Catatan Perjalanan Orang Portugis, secara garis besar, deretan naskah Sunda Kuno itu terbagi menjadi tiga kategori yakni naskah dari masa kuno, masa peralihan, dan masa baru.       

Dari ketiga naskah yang memiliki keterkaitan langsung dengan penyebaran Islam adalah naskah-naskah pada masa peralihan.

Manuskrip Sunda Peralihan yang berasal dari masa mulai datangnya pengaruh agama dan kebudayaan Islam pada abad ke-17 dan ditulis pada kertas daluang dengan menggunakan aksara Carakan (Jawa), Arab, Pegon serta bahasa Jawa, Arab, dan Sunda hingga mulai ditinggalkannya penggunaan kertas, aksara dan bahasa tersebut menjelang pertengahan abad ke-19, kecuali aksara Pegon dan bahasa Sunda dalam jumlah sedikit.

Oleh Aditya Gunawan dalam tulisannya yang bertajuk Naskah-Naskah Islam Sunda Kuna, manuskrip masa peralihan disebut sebagai bahan penting untuk menyimpulkan bahwa telah terjadi akulturasi budaya Islam dan Sunda kuno.

Ia menyebutkan dari puluhan naskah Sunda Kuna yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI (PNRI), terdapat beberapa di antaranya berisi teks-teks keislaman yang, meski jumlahnya tidak banyak, penting untuk dikaji.

Teks “Carita Waruga Guru” (CWG) yang diumumkan oleh CM Pleyte (1913) adalah salah satu contohnya. Dalam sejumlah detail, kita menemukan istilah Arab yang mulai memperkaya bahasa Sunda Kuna dalam teks, seperti istilah kitab yang menggantikan istilah apus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement