Senin 04 Aug 2014 22:23 WIB

Akhir Kisah Si Raja Angkuh (2-habis)

Ia sosok yang ingin dipuja hingga ia memproklamasikan diri menjadi tuhan yang wajib disembah rakyatnya.
Foto: Ahmethakan.deviantart.com
Ia sosok yang ingin dipuja hingga ia memproklamasikan diri menjadi tuhan yang wajib disembah rakyatnya.

Oleh: Nashih Nashrullah

Sang Diktator pun tak bisa berkutik dan kehabisan akal untuk kembali menyanggah pernyataan Ibrahim. Ia terdiam seribu bahasa.

Merasa kalah, ia lantas memerintahkan untuk mengambil makanan yang telah diambil Ibrahim. Sosok bergelar khalilullah itu pun diusir dan lantas kembali tanpa merasakan kelezatan hidangan sang aja.

Ibrahim pulang ke rumah dengan tangan hampa di tengah perjalanan ia pun mengambil sekantong pasir lembut dan berdoa agar Allah memberikan rezeki kepada keluarganya. Sesampainya di rumah, Ibrahim beristirahat, perbekalan yang ia bawa, termasuk pasir dalam kantongnya ia taruh di sampingnya begitu saja.

Sewaktu tidur itulah, istrinya membuka perbekalannya dan ia mendapati ragam menu makanan yang nikmat. Ketika Ibrahim bangun, istrinya bertanya dari manakah suaminya itu mendapat makanan lezat begitu banyaknya. Ibrahim sadar, Allah telah memberikan rezeki kepada segenap keluarganya.

Kisah Namrud, tak terhenti pada kegelisahannya. Allah mengutus seorang malaikat untuk menemui Namrud dan mengajaknya beriman. Sekali, dua kali, ajakan tersebut ditolak. “Memangnya ada tuhan selain aku,” kata Namrud sesumbar.

Di kali yang ketiga, ajakan malaikat itu pun mendapat respons tak sedap. Akhirnya, malaikat meminta agar Namrud mengumpulkan sejumlah warganya di pelataran istana. Permintaan itu dikabulkan.

Pada hari yang telah ditentukan Allah mengirim ribuan nyamuk atau sejenis serangga ganas menyerang mereka yang telah berkumpul di sana. Serangga itu memakan habis mereka dan hanya menyisakan tulang belulang.  Si malaikat masih berdiri tegak, tak tersentuh serangan mematikan serangga-serangga itu.

Namrud mencoba meloloskan diri dan sembunyi di ruang khususnya. Serangga-serangga itu mengejar. Di persembunyiannya, ia berusaha mengusir nyamuk itu sekuat tenaga dengan memukul-mukulkan papan ke kepalanya.

Kondisi itu bertahan hingga 400 tahun lamanya. Ia pun meninggal dalam kondisi mengenaskan, bukan karena serangan tombak atau hujaman anak panah, melainkan sang diktator itu tewas akibat serangga kecil.

Kisah ini mengisyaratkan tentang kebesaran Tuhan. Allah berkuasa membalas keangkuhan manusia yang congkak dan menumbangkannya dengan perkara sepele, seperti kisah makar dan konspirasi Abrahah dengan pasukan gajahnya yang hendak menghancurkan Ka'bah.

Kedigdayaan pasukan gajahnya ditumpulkan dengan pasukan kecil berupa gerombolan burung ababil ataupun kisah tentang kematian Firaun yang mengaku tuhan. Penguasa Mesir itu meninggal tenggelam di Laut Merah.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement