Perilaku baik
Suatu hari, Khubaib meminjam sebuah pisau dari salah seorang putri Harits bin Amir bin Naufal untuk keperluannya. Tiba-tiba, anak dari perempuan tadi mendekat ke arah Khubaib.
Perempuan itu yang melihat Khubaib memangku putranya dengan memegang pisau di tangannya serta-merta merasa ketakutan.
Melihat ibu dari anak yang sedang berada di pangkuannya sangat ketakutan, Kubaib berusaha menenangkan, "Apakah engkau khawatir jika aku sampai membunuhnya? Sungguh aku tidak akan melakukannya."
Perempuan itu pun berkata, "Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang tawanan yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, aku juga pernah menyaksikan dia makan setangkai buah anggur yang berada di tangannya, padahal ia dalam keadaan terbelenggu. Dan, ketika itu, di Makkah belum datang musim anggur. Itulah sebuah rezeki yang diberikan Allah kepada Khubaib."
Tetapi, perilaku baik Khubaib tidak dipedulikan oleh Bani Lihyan, bahkan mereka sepakat untuk membunuhnya. Pada hari yang ditetapkan untuk mengeksekusi sahabat Rasul ini, anak-anak Harist membawa Khubaib keluar dari wilayah Tanah Haram Makkah. Mereka ingin mengeksekusi Khubaib di luar Makkah.
Detik-detik menjelang eksekusi, Khubaib mengajukan permintaan kepada mereka, "Berilah aku waktu sebentar saja untuk melakukan shalat dua rakaat." Mereka pun menyanggupi permintaan Khubaib untuk shalat.
Usai shalat, Khubaib berkata, "Sungguh, seandainya kalian tidak menganggap aku takut (menghadapi kematian), tentu aku akan menambah jumlah rakaat shalatku. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, binasakanlah mereka satu per satu, jangan biarkan satu pun di antara mereka hidup."
Kemudian, Khubaib melantunkan bait-bait syair yang untuk menunjukkan kekuatan imannya:
Tiada peduli manakala aku terbunuh dalam keadaan Muslim, di tempat mana saja nyawaku hilang untuk Allah.
Demikian ini karena Allah,
kalau Dia berkehendak,
akan memberkahi seluruh anggota tubuh yang terkoyak.
Kemudian, Abu Sirwa'ah, Uqbah bin al-Harits, mendekat dan membunuh Khubaib. Begitulah, Khubaib bin Adi al-Anshari menemui ajalnya yang indah. Yaitu, terbunuh di jalan Allah SWT. Ia merupakan orang yang pertama mencontohkan melakukan ibadah shalat sunah sebelum dieksekusi.
Tingginya keyakinan Khubaib dan ketegarannya dalam membela agama membuatnya selalu yakin Allah menguji hambanya dengan cara yang dikehendaki-Nya.