Ahad 06 Jul 2014 12:24 WIB

Din Syamsuddin: Jangan Terjebak Fanatisme ke Satu Capres

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Foto: Humas UMM
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Momen bulan Ramadhan yang bertepatan menjelang Pilpres 2014, ini menjadi waktu yang tepat bagi ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin untuk menyampaikan wejangan spiritual kepada warga Muhammadiyah Jawa Timur (Jatim).

Pada pembukaan Kajian Ramadhan 1435 H yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (5/7), Din mengkaji tentang bagaimana membangun masa depan bangsa, yang berbasis pada qalbun salim (kejernihan hati sanubari).

Din memaparkan, istilah qolbun dalamakar yang dalam bahasa Arab tidak bisa hanya dipahami sebagai hati dalam arti fisik saja. Untuk itu, Din membagi dua jenis hati, yaitu qolbun jasmaniyyun (hati dalam arti fisiologis), yaitu jantung, dan qolbun ruhaniyyun (hati dalam arti spiritual), yang dalam Alquran memiliki setidaknya lima arti, yaitu hati yang bermakna kesadaran, akal pikiran, perasaan, keyakinan, dan keinginan.

Dengan demikian, bagi Din, hati adalah pusaran dari segala aktivitas manusia. Tidak heran jika ada hadis yang menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal darah, yang jika gumpalan darah itu baik maka seluruh jasad manusia ikut baik, dan jika gumpalan darah itu buruk maka seluruh jasad manusia ikut buruk.

Bahkan, lanjut Din, dalam kamus bahasa Inggris, hati juga memiliki dua arti, yaitu physical heart yang merujuk makna hati secara fisiologis dan spiritual heart, yakni hati secara spiritual. “Pemaknaan hati secara spiritual inilah yang lebih memiliki peran dalam keseharian kita,” kata ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Din juga mengingatkan agar bangsa ini tidak terjebak pada fanatisme terhadap salah satu calon. Dia lantas membuat analogi dengan mengutip hadis Rasulullah tentang cinta. “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, boleh jadi kamu akan membencinya suatu ketika, dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, boleh jadi kamu akan mencintainya suatu ketika,” kutip Din.

Tafsir politik dari hadis tersebut, kata Din, bagi pendukung salah satu capres, agar tidak berlebihan mengagumi pilihannya, sebaliknya, agar sekadarnya saja jika tidak menyukai capres yang lain. Terkait posisi Muhammadiyah, Din menyebutkan bahwa ormas Islam yang dipimpinnya ini harus menjadi wasit moral bagi bangsa.

Untuk itu, ia meminta warga Muhammadiyah berpijak pada qolbun salim, yakni kebersihan dan kejernihan hati. “Itu harus. Tidak mungkin bangsa ini dibersihkan dengan sapu yang kotor,” kata Din di hadapan ribuan peserta Kajian Ramadhan yang memadati hall UMM Dome.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement