Rabu 25 Jun 2014 20:13 WIB

Bermodal Tekad, Rintis Pesantren di Perbatasan

Kawasan Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.
Foto: Dikpora.acehtenggarakab.go.id
Kawasan Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Sejak kelulusannya dari perguruan tinggi dan meraih strata satu (S1) dalam bidang ekonomi, Ustaz Rasbi (25) ingin mengabdikan diri sepenuhnya untuk memberdayakan masyarakat dengan komitmen siap ditugaskan di manapun juga.

“Pekerjaan yang menarik, adalah menjadi dai dan bermanfaat untuk umat Islam,” ujarnya sambil tersenyum.

Setelah mendapat amanah penugasan di Aceh, Rasbi merasa mendapatkan kesempatan berharga untuk membangun kampungnya. Namun, kejutan pertama ia dapatkan saat tugas yang diemban di belahan bumi Aceh perbatasan tidak seperti tempat ia dibesarkan.

Walaupun terkenal dengan julukan Serambi Makkah, yang mayoritas dengan umat Islamnya, tapi tidak dengan daerah ini. Desa Lawe Loning Aman, Aceh Tenggara terletak di km 19 dari perbatasan dan km 25 jika dari pusat Kota Aceh.

Di desa ini, Muslim tergolong minoritas. Di sinilah Rasbi ditempatkan dan mengabdikan diri untuk membangun masyarakat.

Dua tahun sudah, pekerjaannya merintis dan mengajar taman pendidikan Alquran (TPA) setiap sore dilakoni. Mengajar majelis taklim dari masjid ke masjid dijalani. Hingga saat ini semua upaya yang dilakukan mendapat respons yang baik dari masyarakat sekitar.

Merintis sekolah Islam rujukan

Berdakwah di daerah perbatasan tidaklah mudah. Selain dikelilingi minoritas multietnis dan suku, Rasbi terkadang juga dihadapkan dengan keterbatasan.

“Kalau mereka didukung oleh dana dan transportasi yang memadai, sedangkan kita hanya bermodalkan takwa dan tekad yang kuat untuk berjuang demi Islam ini,” ujar dai muda ini.

Walaupun terbilang dai muda, ia banyak mengisi pengajian warga-warga sekitar. Bahkan, beliau setiap pekan ia harus mengisi pengajian di kampung non-Muslim, yang warga Muslimnya minoritas.

Berkat perjuangan Rasbi yang gigih, kini ia diamanahi tanah satu hektar untuk dikelola menjadi pesanteren. Aktivitasnya tidak berhenti. Keprihatinan tidak adanya lembaga pendidikan Islam formal, membuatnya bertekad bersama teman-temanya merintis sekolah dasar Islam.

Kini telah berdiri sekolah Islam satu-satunya di daerah tersebut sebagai rujukan umat Islam di perbatasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement