Selasa 17 Jun 2014 16:32 WIB

Thaharah, Perspektif Ahli Neurologi dan Psikologi (1)

Air sejuk yang dianggap suci dan menyucikan akan memberikan efek positif pada kesegaran simpul-simpul saraf dalam tubuh.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Air sejuk yang dianggap suci dan menyucikan akan memberikan efek positif pada kesegaran simpul-simpul saraf dalam tubuh.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Setelah menjelaskan konsep thaharah menurut ulama ulama fikih, tarekat, dan hakikat, subjek yang sama diam-diam dibahas juga oleh kalangan ahli neurologi dan psikiater.

Rupanya mereka juga tertarik membahas subjek bahasan ini karena ada hal-hal yang menarik. Mengapa begitu penting konsep thaharah dalam Islam? Mengapa dengan air sejuk, bukan air hangat?

Seusai melakukan hubungan suami istri dan perempuan pascamenstruasi, mengapa diwajibkan mandi junub dengan mencuci sekujur badan? Dan, mengapa harus dengan debu kalau tidak ada atau tidak mungkin dengan air? Pada saat berwudhu, mengapa anggota badan khusus itu yang harus dicuci?

Adalah Prof Rolf Ehrenfels, seorang neurolog dan psikolog tersohor Eropa, pernah secara khusus mendalami konsep thaharah, khususnya wudhu. Ia sangat takjub karena konsep thaharah dalam Islam amat sesuai dengan konsep neurologi dan psikologi.

Air sejuk yang dianggap suci dan menyucikan akan memberikan efek positif pada kesegaran simpul-simpul saraf dalam tubuh.

Air segar dan sejuk lebih sensitif memberikan rangsangan kepada pusat saraf ketimbang air hangat. Air sejuk akan lebih mudah memberikan semacam shock therapy dan menembus lapisan saraf ketimbang air hangat.

Mencuci sekujur badan dengan air sejuk seusai melakukan hubungan suami istri akan mengembalikan otot-otot dan sel-sel saraf yang tadinya tegang menjadi segar kembali.

Perempuan yang sudah menjalani menstruasi secara psikologis akan merasa bersih dan suci seusai mandi wajib serta dengan demikian melahirkan kembali rasa percaya diri seusai menjalani “masa kotor”.

 

Yang lebih menarik bagi Ehrenfels dan mungkin inilah yang membuatnya menjadi Muslim dan mengganti nama menjadi Baron Omar Ehrenfels, yaitu konsep wudhu dalam Islam.

Ia mulai menganalisis ayat wudhu. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS al-Maidah [5]:6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement