Kamis 15 May 2014 06:43 WIB

Belajar dari Suasana Batin: Ketika Terjebak Dosa Besar (1)

Istighfar, memohon ampun dari segala dosa.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Istighfar, memohon ampun dari segala dosa.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Kesenangan sesaat bisa melahirkan penderitaan berkepanjangan. Dosa dan maksiat bukan saja perbuatan tercela, melainkan juga membutakan mata hati, memadamkan nurani.

Lebih dari itu, dosa dan maksiat juga membawa kegelisahan sehingga ketenangan hidup terganggu. Tegasnya, dosa dan maksiat merendahkan derajat dan kualitas kemanusiaan.

Semua yang dilarang Tuhan adalah musuh kemanusiaan dan semua yang diperintahkan Tuhan demi martabat kemanusiaan.

Tuhan tidak butuh disembah, tetapi manusialah yang membutuhkan penyembahan itu. Karena, di balik penyembahan dan ketaatan itu tersimpan hikmah dan berbagai kemaslahatan untuk manusia dan kemanusiaan.

Seandainya semua manusia mogok untuk menyembah kepada-Nya maka tidak sedikit pun mengurangi kebesaran Allah SWT. Sebaliknya, seandainya semua manusia taat kepada-Nya bagaikan malaikat sekalipun maka tidak akan berpengaruh terhadap Dirinya.

Perintah dan larangan Tuhan merupakan bukti Maha Pengasih dan Penyayang Dia terhadap hamba-Nya, khususnya kepada manusia.

Dosa dan maksiat memang menjatuhkan dan menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan. Tetapi tidak mustahil seseorang akan melenting lebih tinggi dari semua posisi jika dia melakukan tobat nasuha.

Tidak jarang para pendosa yang bertobat justru lebih baik daripada orang-orang biasa. Ini mungkin karena dia sudah mampu membandingkan betapa jauh jaraknya antara suasana batin yang taat dan yang durhaka kepada-Nya.

Namun, ini tidak berarti sebuah ajakan kepada kita untuk mencicipi dosa guna meningkatkan kesadaran dan keimanan. Sebab, betapa banyak bahkan jauh lebih banyak para pendosa jatuh dan tidak melenting ke atas, tetapi bagaikan bola yang jatuh di dalam lumpur. Semakin terbenam di dalam lumpur kehinaan.

Para pendosa yang berpotensi melenting ke atas ialah mereka yang karena dosa yang dilakukannya betul-betul membuat dirinya terpukul dan kecewa. Mengapa dirinya harus melakukan sesuatu yang amat bodoh di dalam hidupnya. Karena itu, dia menyesal sejadi-jadinya seraya menjalani proses pembersihan diri dengan penuh ketekunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement