Selasa 13 May 2014 15:17 WIB

Belajar dari Suasana Batin: Ketika Terdesak Hajat Besar (2)

Berdoa kepada Allah.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Berdoa kepada Allah.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Islam melarang syirik untuk memelihara agama. Islam melarang  pembunuhan untuk memelihara jiwa.

Islam melarang minuman keras untuk memelihara akal. Islam melarang zina untuk memelihara keturunan. Dan Islam melarang pencurian untuk memelihara harta.

Kedua kebutuhan hajjiyat atau kebutuhan sekunder. Yakni kebutuhan yang mendesak tetapi belum sampai pada tingkat dharuriyat. Misalnya kebutuhan seseorang akan rumah, telepon, dan kendaraan.

Ketiga kebutuhan tahsiniyat atau luxury. Yaitu kebutuhan aksesori kehidupan. Kebutuhan ini tidak memengaruhi eksistensi kehidupan tetapi lebih merupakan pelengkap, seperti rumah asri, kendaraan, dan pakaian yang bermerek.

Secara skematis, ketiga tingkat kebutuhan itu bisa dipilah dan dibedakan. Tetapi secara emosional, masing-masing orang meresponsnya dengan berbeda-beda. Boleh jadi kebutuhan level ketiga (tahsiniyat) disikapi secara berlebihan, melampaui responsnya terhadap kebutuhan yang mendasar.

Dalam Islam, memang ada kaidah yang mengatakan hajat yang mendesak menempati posisi darurat (al-hajah tanzilu manzilah al-dharurah), sementara darurat itu membolehkan sesuatu yang tadinya tidak boleh (al-dharurah tubih al-makhdhurat).

Namun, yang dimaksud di dalam kaidah itu ukurannya bukan selera atau mempertahankan prestise, tetapi betul-betul menyangkut kelangsungan eksistensi dan kapasitas manusia sebagai hamba atau sebagai khalifah.

Respons emosional seseorang terhadap hajat hidupnya perlu dicermati karena hajat dan kebutuhan ini bisa membuat orang jatuh tersungkur. Tetapi sebaliknya, bisa membuat orang meroket bagaikan lulus di dalam suatu ujian berat.

Hajat dan keperluan besar juga berpotensi untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Apalagi, jika hajat tersebut diajukan secara tulus dan penuh kesungguhan kepada Tuhan dalam bentuk doa. Doa itu sendiri menurut Rasulullah SAW adalah jantung ibadah (al-du’a mukhkhul ’ibadah).

Hajat yang besar dalam suasana batin bisa bermakna ganda. Di satu sisi kita merasakan Mahakuasa Tuhan, di sisi lain kita sangat lemah sebagai hamba.

Kebesaran dan keagungan Tuhan akan lebih terasa saat berhadapan dengan keganasan alam, seperti berhadapan dengan ombak besar di tengah laut, dalamnya goa yang gelap gulita, gemuruh suara halilintar, kencangnya angin puting beliung, dahsyatnya topan salju yang menusuk tulang, atau di tengah berbagai jenis gempa bumi. Semua orang merasa butuh pertolongan Tuhan ketika itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement