Kamis 08 May 2014 19:59 WIB

Mata Kuliah Studi Islam Ditiadakan, Mahasiswa Muslim AS Protes

mahasiswa Muslim AS tengah melaksanakan shalat di sebuah ruangan.
Foto: onislam.net
mahasiswa Muslim AS tengah melaksanakan shalat di sebuah ruangan.

REPUBLIKA.CO.ID,  PITTSBURG -- Mahasiswa Muslim University of Pittsburg menuntut pihak kampus untuk tetap membuka empat mata kuliah studi Islam. Mereka menilai kebijakan kampus menutup empat mata kuliah tersebut tidak mencerminkan semangat keberagaman dan kesetaraan.

Sebagai tindak lanjutan atas protes itu, mahasiswa Muslim menggelar petisi yang meminta agar mata kuliah yang ditutup masuk dalam studi sejarah, antropologi, sosiologi dan agama khusus semester musim semi dan gugur tahun 2015. Di luar itu, mahasiswa Muslim juga meminta pihak kampus mempekerjakan profesor sejarah Islam.

Sebelumnya, pihak kampus mengumumkan pembatalan empat mata kuliah Islam untuk semester musim gugur mendatang. Adapun program yang dibatalkan meliputi, Antropologi Islam, Sosiologi Islam, Pengantar Peradaban Islam dan Sejarah Kekaisaran Ustmani.

Terkait tuntutan tersebut, pihak kampus menyatakan kelas-kelas yang dibatalkan itu merupakan mata kuliah pilihan yang tidak secara teratur ditawarkan setiap semester. "Kami tetap menawarkan 30 mata kuliah untuk program perkuliahan musim gugur mendatang yang fokus pada pembahasan kawasan Timur Tengah," tulis Wakil Rektor bidang Komunikasi University of Pittsburg, seperti dilansir onislam.net, Kamis (8/5).

Namun, mata kuliah alternatif yang ditawarkan tidak mendapat sambutan hangan mahasiswa. Mereka tetap menyerukan pihak kampus untuk membuka kelas yang sebelumnya sudah ditetapkan. "Kelas yang ada tidak memenuhi apa yang kami minta," kata Laila Al-Soulaiman, anggota Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA).

MSA berpendapat, mata kuliah yang dibatalkan itu sangat penting guna meluruskan stereotip negatif tentang Islam dan Muslim. "Ada begitu banyak umat Islam di luar sana, dan ada banyak pula kesalahpahaman. Mata kuliah yang ditawarkan sebelumnya akan memberikan perspektif yang berbeda dengan apa yang digambarkan di media," ucapnya

Mahasiswa non-Muslim turut mendukung MSA. Mereka menilai dibukanya kelas studi Islam sangat membantu mereka untuk memenuhi karir akademik. "Jika Anda melihat statistik dasar, itu adalah agama yang paling cepat berkembang," kata Kara Kloss, mahasiswa Hubungan Internasional konsentrasi Timur Tengah.

Kloss menilai umat Islam mencakup seperlima populasi dunia. Sementara untuk memahami begitu banyak umat Islam sumber yang ada sangat terbatas, yakni hanya media massa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement