Kamis 24 Apr 2014 11:12 WIB

Manasik Haji Perlu Diperbaiki (1)

Sejumlah calon jamaah haji (CHJ) mengikuti manasik haji.
Foto: Antara/Rahmad
Sejumlah calon jamaah haji (CHJ) mengikuti manasik haji.

Oleh: Mohammad Akbar

Perlu ada standar yang sama kepada para pembimbing haji, baik dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) maupun Kementerian Agama.

Bimbingan manasik kepada para calon jamaah haji menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh Kementerian Agama untuk penyelenggaraan haji tahun ini.

Perbaikan program manasik dianggap sangat mendasar untuk bisa meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

''Proses penyelenggaraan haji relatif baik dibandingkan tahun sebelumnya. Walau demikian, ke depannya masih perlu dilakukan perbaikan dan itu terkait dengan aspek ibadah jamaah selama di Tanah Suci,'' kata Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Slamet Effendy Yusuf.

Slamet mengatakan, sejauh ini pemerintah lebih banyak menaruh perhatian kepada perbaikan layanan fasilitas jamaah. Di antaranya terkait dengan upaya perbaikan sistem transportasi, pemondokan dan katering.

''Tapi, terkait dengan manasik sepertinya masih belum menjadi titik perhatian,'' ujar pria yang juga aktif sebagai pimpinan di Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Dari hasil temuan tahun ini, Slamet mendapatkan laporan masih ada sejumlah pembimbing haji yang belum memahami rukun haji.

Saat melakukan kunjungan beberapa waktu lalu ke Tanah Suci, ia mengaku cukup prihatin karena sempat mendapatkan laporan mengenai adanya jamaah haji khusus yang setelah tiba di Masjidil Haram justru hanya berusaha untuk mencium Hajar Aswad.

Setelah berhasil melakukannya, kata Slamet, sang jamaah lebih memilih kembali ke hotel. Ketika ditanya apakah sudah tawaf dan sa'i, orang itu mengatakan belum. Petugas kemudian menawarkan untuk mengantarnya kembali ke area tawaf. Namun, tawaran itu ditolak karena dia merasa sudah puas dengan mencium Hajar Aswad.

Selain itu, Slamet juga sempat menerima informasi tentang jamaah yang selesai tawaf langsung pulang ke pemondokannya dan berencana sa'i keesokan harinya.

''Artinya, dia itu kan belum sa'i dan belum tahalul sehingga harus tetap mengenakan pakaian ihram. Ini kan rawan. Karena lazimnya, habis tawaf langsung sa'i dan tahalul sehingga selesai ibadah umrahnya. Di sinilah pentingnya sebuah pembinaan yang harus dilakukan secara serius kepada jamaah,'' kata Slamet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement