Rabu 23 Apr 2014 06:01 WIB

Spiritualisasi Kehidupan Seksual: Sakralitas Hubungan Seksual (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Al-romance.com
Ilustrasi

Oleh: Prof DR Nasaruddin Umar

Divine work sesungguhnya tidak lain adalah perbuatan berkah (barakah), sesuatu yang melibatkan Tuhan di dalamnya.

Logikanya, sebuah perbuatan yang tidak melibatkan Tuhan maka tidak bisa disebut perbuatan barakah (divine work).

Ketika mengajar, menjadi murid, menanam pohon, memanen padi, menuju ke kantor, mengasuh anak, dan sebagainya, seharusnya yang melakukan perbuatan-perbuatan itu bukan hanya fisik atau hasrat semata tetapi berusahalah melibatkan Tuhan di dalamnya.

Lakukanlah semuanya dengan melibatkan unsur batin. Proses pembatinan di dalam sebuah perbuatan hanya bisa dilakukan oleh manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Yang paling penting ialah berhubungan seks. Jika tanpa keterlibatan unsur spiritual dalam hubungan seks, dan dengan demikian hanya nafsu belaka yang terlibat di dalamnya, maka seolah-olah yang berhubungan seks itu ialah binatang.

Anak-anak yang lahir dari padanya sudah barang tentu dapat disebut anak-anak binatang. Jangan heran jika semakin marak tawuran anak-anak di jalan raya. Jangan-jangan mereka itu sesungguhnya adalah 'anak-anak binatang'.

Hubungan seks itu suci dan sakral. Perbuatan itu tidak boleh dilakukan sebelum dilakukan proses nikah yang disebut di dalam Alquran sebagai perjanjian suci (mitsaqan galizhan). Setelah itu kita disarankan untuk mengindahkan akhlak berhubungan suami istri, sebagaimana dijelaskan dalam artikel terdahulu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement