Senin 21 Apr 2014 08:01 WIB

Spiritualisasi Kehidupan Seksual: 'Deanimalisasi' Hubungan Seksual (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof DR Nasaruddin Umar

Manusia, selain mineral, ia juga tumbuh-tumbuhan dan sekaligus binatang. Al-Farabi, sebagaimana dikutip Harun Nasution, menggambarkan struktur jiwa manusia dalam kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang, dengan mengungkapkan daya-daya jiwa manusia yang meliputi: pertama, gerak (muharrikah/motion) yang meliputi makan (gadziyah/nutrition), memelihara (marbiyyah/perservation), dan berkembang (maulidah/reproduction).

Kedua, mengetahui (mudrikah/cognition) yang meliputi merasa (hassah/sensation) dan imajinasi (mutakhayyalah/imagination). Ketiga, berpikir (nathiqah/intellection) yang meliputi akal praktis (al-'aql al-'amali/materian intellect) dan akal teoritis (al-'aql an-nadhari).

Daya berpikir manusia jauh di atas daya pikir binatang karena manusia sudah memiliki kemampuan berpikir ke dalam tiga tingkat, yaitu: pertama, akal potensial (al-'aql al-hayulani/materian intellect), yang baru mempunyai potensi berpikir dalam arti  melepaskan arti-arti atau bentuk-bentuk dari materinya.

Kedua akal aktual (al-'aql bi al-fi'li/actual intellect), yang sudah dapat melepaskan arti-arti materinya, dan arti-arti itu telah mempunyai wujud dalam akal dengan sebenarnya, bukan lagi dalam bentuk aktual (when the intelligibles becames actual in the mind).

Ketiga, akal mustafad (al-'aql al-mustafad/accuired intellect), yang sudah dapat menangkap bentuk semata-mata (al-shuwar al-mujarrad/pure forms). Jika tahap akal aktual hanya menangkap arti-arti yang terlepas dari materi, maka akal mustafad sudah sanggup menangkap bentuk semata-mata (pure form).

Bentuk ini berbeda dengan abstracted intelligibles, tidak pernah berada dalam materi untuk dapat dilepaskan dari materi. Bentuk semata-mata berada tanpa materi seperti akal yang kesepuluh dan Tuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement