REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah
Istana ini menunjukkan kehebatan Islam saat menguasai Eropa.
Kornik yang dipilih sebagai nama untuk bangunan ini berasal dari kata Gorkow atau Gorka yaitu nama keluarga pemilik pertama istana ini. Mikolai Gorka, demikian nama keluarga tersebut. Pada masa jayanya, Gorka dikenal sebagai Kanselir Dewan Rakyat Poznan.
Pada 1592, istana ini diwariskan kepada seorang aristokrat dari keluarga Dzialynski. Istana ini kemudian direnovasi oleh beberapa generasi setelahnya. Pada 1840, seorang aristokrat bernama Titus Dzialynski merombaknya dengan memberi sentuhan keislaman.
Seorang pemerhati arsitektur Islam di Eropa, Malgorzata De Latour-Abdalla, mengatakan, istana ini sangat terkenal di Polandia karena menggabungkan tiga konsep seni arsitektur Islam yang terkenal. Yakni, konsep Moor atau Islam Mediterania, konsep Masjid Sultan Hassan, Kairo, Mesir, dan konsep arsitektur Taj Mahal di Agra, India.
Konsep arsitektur Moor tampak pada ruang depan istana, sementara gaya arsitektur Masjid Sultan Hassan tergambar pada pintu gerbang menuju ruang dewan istana. Konsep arsitektur Taj Mahal ditampilkan pada bagian dinding istana.
Menurut Abdalla, nyaris tak ada seorang pun yang menyangka bahwa kaligrafi Arab bertuliskan La Ilaha Illa Allah tertulis jelas di istana ini, sama seperti di ruang sidang Istana Alhambra di Granada, Spanyol. ''Inisiatif Titus Dzialynski ini menjadi bukti penting mengenai pengaruh Islam di Polandia,'' katanya.
Semasa hidupnya, Titus sangat dihormati di kalangan masyarakat Eropa. Ia dikenal sebagai sosok yang terbuka dan dapat menerima pengaruh-pengaruh Timur atau Islam.
Inisiatif Titus untuk merombak gaya arsitektur Istana Kórnik kala itu diilhami oleh kekagumannya pada berbagai karya arsitektur di era kejayaan Islam, mulai dari bangunan-bangunan Islam yang ada di daratan Iberia, Spanyol, hingga di Semenanjung India.
Ketertarikan mendalam Titus terhadap budaya Timur dan Islam membuat banyak kalangan di Eropa saat itu bersikap lebih terbuka dalam hal budaya.
Kondisi itu didukung oleh kehadiran Turki Utsmani di Eropa Tengah yang membuat pengaruh Turki dan Islam tersebar luas di Polandia. Pengaruh Turki itu salah satunya bisa dilihat pada cara berbusana para aristokrat atau bangsawan Eropa.
''Kala itu, banyak dari mereka yang mengenakan jubah atau selendang yang jelas terpengaruh dari gaya busana bangsawan Muslim,'' kata Abdalla.
Bukti lain mengenai kegandrungan orang Eropa terhadap semua hal yang berbau keislaman, menurut dia, adalah Istana Kornik.
Tak sekadar tampil dengan desain arsitektur Islam, istana ini juga menyimpan banyak peninggalan peradaban Islam. Perpustakaan Istana Kornik memiliki koleksi-koleksi kuno berupa manuskrip hasil karya ilmuwan Islam dari abad pertengahan.