Kamis 17 Apr 2014 10:30 WIB

Taharah Perspektif Ahli Hakikat (2)

Wudhu (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wudhu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Prof Dr Nasaruddin Umar

Para ahli hakikat mendasarkan pendangannya kepada beberapa ayat  Alquran, antara lain: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (QS al-Maidah[5]:6).

Demikian pula dalam ayat, "Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (bahwa ia tidak layak lagi memperoleh petunjuk), serta Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mau ingat? (QS al-Jatsiyah [45] :23).

 

Para ahli hakikat menganggap seseorang melakukan musyrik kecil jika kesadarannya melenceng dari kesadaran tauhid. Orang-orang musyrik bagi mereka dianggap sebagai najis sebagaimana mereka fahami ayat ini, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS at-Taubah [9]:28).

Atas dasar ayat-ayat tersebut para ahli hakikat menyerukan penyucian diri dengan cara Taharah sebagaimana menurut persepsinya. Mereka berharap dengan pembersihan lahir batin itulah seseorang bisa melaksanakan sistem kehambaan dengan benar, yaitu betul-betul berada pada kesadaran puncak dan penuh hanya kepada Allah SWT.

Mereka mengutip ayat-ayat sebagai berikut, "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan keimanan yang murni dan tulus kepada-Nya, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS al-An’am [6]:79).

Demikian pula pada ayat, "Dan hanya kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Maka ke arah mana pun kamu menghadap, di situlah terdapat “wajah” Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah [2]:115).

Konsep taharah ahli hakikat lebih menekankan aspek pembersihan hakikat. Ketika mencuci muka mereka membayangkan untuk membersihkan pancaindra lahiriah dan pancaindra batiniah yang mungkin pernah berada pada posisi musyrik dan dirinya menjadi najis untuk disucikan kembali. Pancaindra inilah yang paling sering mengecoh seseorang untuk memalingkan kesadaran seseorang kepada hal-hal yang bersifat indrawi.

Ketika membasuh kepala mereka membayangkan mencuci isi kepalanya yang mungkin pernah musyrik karena membayangkan sesuatu selain Allah  SWT. Di dalam kepala terdapat rongga pikiran yang amat kuat menarik seseorang ke arah hal-hal yang bersifat materialistis dan duniawi. Ketika mencuci kedua tangan mereka membayangkan mencuci segenap kekuasaan yang dimilikinya, bukan kekuasaan Allah SWT.

Tangan dan kekuasaan inilah yang sering digunakan alat pembenaran terhadap adanya kekuasaan selain kekuasaan Allah SWT.Ketika mencuci kaki mereka menyesali pendiriannya sering melenceng dari garis tauhid, keesaan mutlak Allah SWT.

Saat membasuh kedua kakinya mereka membayangkan firman Allah, "Sesungguhnya Aku inilah Tuhan-mu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwâ." (QS Thaha [20]:12). Saat mencuci kedua kaki mereka selalu berdoa agar tidak lagi tergelincir dari atas rel shirath al-mustaqim.

Jika konsep pembersihan diri  atau taharah dikombinasikan, mulai dari konsep taharah menurut ulama fikih, ulama ahli tarekat, hingga ulama ahli hakikat, maka tentu merupakan hikmah luar biasa bagi kita sebagai orang awam.

Ketimbang mengkritisi apalagi menyalahkan salahsatu golongan, lebih baik kita mengambil makna dan hikmah taharah dari ketiga kelompok ulama tersebut. Semoga kualitas taharah kita semakin meningkat di masa-masa akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement