Senin 14 Apr 2014 07:59 WIB

Spiritualisasi Kehidupan Seksual: Sexual dan Spiritual Foreplay (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Al-romance.com
Ilustrasi

Oleh: Prof DR Nasaruddin Umar

Dicontohkan langit dan bumi; langit memberi atau melimpahkan (al-faidl) dan bumi menerima atau menampung (istifadlah).

Menurut Jalaluddin Rumi, langit adalah laki-laki (suami) dan bumi adalah perempuan (istri). Hubungan antara keduanya sebagaimana layaknya hubungan antara suami dan istri atau menurut Murata hubungan antara keduanya dapat diterangkan melalui hubungan yin dan yang dalam Taoisme.

Ibnu Arabi juga memberikan pernyataan yang hampir sama; langit diumpamakan dengan suami dan bumi sebagai istri sebagaimana layaknya dalam kehidupan rumah tangga. Sebagaimana ia menjelaskan:

“Dan Allah menjadikan bumi bagaikan istri dan langit bagaikan suami. Langit memberikan kepada bumi sebagian dari perintah yang diwahyukan Tuhan, sebagaimana laki-laki memberikan air ke dalam diri perempuan melalui ‘hubungan suami-istri’.

Ketika pemberian itu berlangsung, bumi mengeluarkan seluruh tingkatan benda-benda yang disembunyikan Tuhan di dalamnya.

Jika langit menurunkan airnya ke perut bumi maka akan lahirlah anak-anak biologis, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Demikian pula halnya manusia, pemberian air (sperma) kepada perempuan akan menyebabkan tumbuhnya janin dalam rahim dan selanjutnya lahir manusia.

Jika sang suami (langit) akan ‘berhubungan’ dengan sang istri (bumi), terlebih dahulu diawali dengan sebuah prolog berupa mendung, kilat, atau guntur untuk memberikan kesiapan bumi menerima limpahan air sang suami.

Ini dapat dianalogikan perintah Rasulullah kepada para suami sebelum melakukan hubungan suami-istri agar didahului dengan cumbu-rayu (mula’abah).”  Secara medis tradisi seperti ini memang sangat positif untuk melahirkan kepuasan lahir batin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement