Sabtu 29 Mar 2014 17:46 WIB

Habib Ali Bin Hussein Al-Athos, Berilmu Tinggi dan Rendah Hati (2-habis)

Habib Ali bin Hussein al-Athos.
Foto: Blogspot.com
Habib Ali bin Hussein al-Athos.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Suatu hari, rumah Habib Ali Hussein di Cikini terkena musibah kebakaran. Kemudian, ia pindah ke Bungur, sebuah perkampungan Betawi yang terletak di daerah Senen, Jakarta Pusat. Inilah mengapa ia dikenal sebagai Habib Ali Bungur.

Di sini ia tetap melanjutkan dakwahnya dan mengajarkan ilmu-ilmunya pada muridnya. Ia tetap tampil sederhana, ke mana-mana naik becak dan tidak pernah mempunyai mobil.

Ia jarang berdakwah secara massal, yaitu di pengajian yang besar dengan jamaah ratusan orang. Ia lebih banyak menyalurkan ilmu-ilmunya secara pribadi, murid-muridnya datang ke rumahnya membacakan kitab, kemudian ia menjelaskan kandungan isi kitab yang dibaca tersebut. Selain itu, ia juga sering mengisi majelis taklim yang hanya berisikan puluhan jamaah.

Ribuan ulama besar banyak yang belajar padanya. Di antaranya, Abdullah Sjafi'ie yang menjadi pimpinan Majelis Taklim Assyafi'iyah, pimpinan Majelis Taklim Attahiriyah, yaitu KH Tohir Rohili, KH Syafi'i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya.

Para muridnya itu pun banyak yang sukses menjadi ulama besar dan pimpinan perguruan Islam. Bukan hanya di sekitar Jakarta, muridnya juga datang dari daerah lain hingga luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.

Selain menjadi guru, ia juga terus menimba ilmu dari ulama-ulama besar di Indonesia. Ia menyukai diskusi dengan ulama-ulama besar, seperti Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas dari Bogor, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Attas dari Pekalongan, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi dari Surabaya, Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhor dari Bondowoso, dan banyak lagi ulama besar lainnya.

Selama 56 tahun hidupnya, ia telah mengabdikan diri untuk berdakwah dan memperdalam ilmu agama. Ia terus berjuang membela umat Islam, terutama yang berada di lingkungan kemiskinan.

Kesederhanaannya serta sikapnya yang selalu istiqamah dalam mempraktikkan ajaran Islam di kehidupan sehari-harinya, dijadikan teladan bagi orang-orang yang mengenalnya. Ia selalu mengajarkan Islam mengajak umatnya dari kegelapan cahaya menuju kondisi yang lebih terang, membawa yang berada dalam taraf kemiskinan menuju pada keadilan dan kemakmuran.

Habib Ali Bungur berpulang pada 16 Februari 1976 dalam usia 88 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Al-Hawi yang terletak di daerah Condet, Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement