Sabtu 22 Mar 2014 13:54 WIB

Memahami Makna Batin Alquran: Sirath al-Mustaqim (6-habis)

Ilustrasi
Foto: Wodpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Kedua, sifat al-khauf, yaitu manakala mendapatkan keberuntungan dan kesenangan ia selalu merasa khawatir dan sadar jangan sampai ini menjadi “batu licin” di dalam kehidupannya yang sewaktu-waktu bisa menggelincirkan ke lembah kehinaan (al-dhalin).

Karena itu, jika ia diuji dengan keberuntungan dan kesenangan, tidak pernah mabuk dan lupa diri, tetap low profile berjalan di atas shirath al-mustaqim.

  

Jika ia diuji dengan musibah dan kepahitan hidup, yang memungkinkan hidupnya jatuh ke lembah keputusasaan dengan segala akibatnya, maka ia juga mengintrodusir dua sifat utama.

Pertama, sifat as-shabr, yaitu rasa sabar dengan keyakinan bahwa cobaan yang diterimanya ialah “surat cinta” Tuhan. Ia sadar kalau sekian lama Tuhan mengundangnya dengan keberuntungan dan kesenangan, tetapi kurang digubris. Dengan musibah dan kepahitan hidup yang dialami maka terbentang jalan menuju Tuhan.

Kedua, sifat ar-raja’, yaitu rasa optimisme yang mendalam bahwa tidak mungkin Tuhan akan mengabadikan cobaan beratnya kepada hamba yang diciptakan-Nya dengan cinta dan telah mencintai diri-Nya. Ia selalu mengingat beberapa firman Allah SWT, antara lain”

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar [39[: 53).

“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf [12]: 87).

  

Dengan penjelasan di atas diharapkan dapat dengan mudah kita meresapi makna ihdina as-shirath al-mustaqim. Ternyata, Allah ar-Rahman dan ar-Rahim yang terulang dua kali dalam surah al-Fatihah, terasa adanya di dalam ayat ini.

Dengan demikian, makna surah al-Fatihah sebagai umm Alquran semakin terasa. Dengan menyadari begitu dalam dan luas kandungan makna surah yang bergelar sab’ al-matsani ini, seolah-olah semua ayatnya bisa dipahami sebagai ayat-ayat mutasyabihat yang sangat terbuka untuk dipahami secara konotatif, tidak dikungkung di dalam pemahaman secara denotatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement