Kamis 20 Mar 2014 10:33 WIB

KH Arwani Amin, Pakar Qiraat dan Pendiri Ponpes Yanbuul Quran (1)

KH Arwani Amin.
Foto: Blogspot.com
KH Arwani Amin.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih      

Wajahnya menunjukkan keteduhan bagi siapa pun yang melihatnya. Sifatnya yang santun dan lemah lembut serta kedalaman ilmunya membuat ia disayang oleh banyak orang.

Ialah KH Arwani Amin. Ia adalah salah satu ulama yang dihormati di Kota Kudus, Jawa Tengah. Lahir pada Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H, atau 5 September 1905 M di Desa Madureksan yang berada sekitar 100 meter di sebelah selatan Masjid Menara Kudus.

Arwani adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami. Kakek dari ayahnya adalah salah satu ulama besar di Kudus sedangkan dari garis ibunya, jika diurutkan, masih punya garis keturunan dengan Pangeran Diponegoro.

Orang tua Arwani, Amin Said dan Wanifah, sangat dikenal di Kudus kulon, terutama di kalangan santri. Selain santri, mereka juga memiliki sebuah toko kitab yang cukup dikenal, yaitu toko kitab al-Amin.

Dari ke-12 bersaudara ini, tiga orang di antaranya sangat menonjol kepandaiannya dalam bidang agama. Mereka, termasuk Arwani, telah bisa menghafal Alquran saat usianya baru sembilan tahun.

Arwani Amin dan adik-adiknya sejak kecil hanya mengenyam pendidikan di madrasah dan pondok pesantren. Dia memulai pendidikannya di Madrasah Mu'awanatul Muslimin, Kenepan, yang berada di sebelah utara Menara Kudus. Ia masuk di madrasah ini sewaktu berumur tujuh tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di madrasah tersebut, ia memutuskan untuk terus meneruskan pencariannya dalam ilmu agama. Berbagai pesantren di tanah Jawa disinggahinya dan ia banyak berguru pada kiai-kiai besar di sana.

Antara lain, KH Hasyim Asy'ari di Jombang, KH Muhammad Manshur di Solo, dan Kiai Munawir di Yogyakarta. Tak kurang dari 39 tahun hidupnya dihabiskan untuk belajar dari para kiai besar ini.

Dalam pengembaraannya mencari ilmu, sosok Arwani selalu menarik perhatian, baik bagi guru maupun temannya sesama murid pesantren. Ia selalu santun dan menghormati orang lain, tak memandang orang tersebut siapa, dan berapa usianya.

Arwani terus hidup di lingkungan masyarakat santri yang sangat ketat dalam menghayati dan mengamalkan agama. Karena itu, wajar saja jika ia tumbuh menjadi seorang yang memiliki perangai halus, sangat berbakti kepada kedua orang tua, mempunyai solidaritas yang tinggi, rasa setia kawan, dan suka mengalah, tapi tegas dalam memegang prinsip.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement