Senin 10 Mar 2014 00:16 WIB

Memahami Makna Batin Alquran: Lapis-Lapis Pemahaman (3)

Ilustrasi
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Ternyata, taawuz adalah ungkapan ketawadhuan seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa di hadapan besarnya gelombang godoaan dalam kehidupan. Tanpa petunjuk dan pertolongan Tuhan maka tidak mungkin ada penyelamatan.

Ia mulai menganalisis, kata a'udzu berasal dari al-'audz yang memiliki beberapa arti. Pertama, al-iltija' berarti kembali, al-istijarah berarti berlindung, dan al-iltishaq berarti melekat atau menempel.

Dengan demikian, kata a’udzu billahi memiliki arti, aku berlindung dengan rahmat dan penjagaan Allah. Dari sini, dipahami ada sosok makhluk lemah dan membutuhkan bimbingan, petolongan, dan perlindungan. Pada sisi lain, ada Sang Mahakuasa yang mampu memberikan petunjuk, pertolongan, dan perlindungan.

Dari pengertian analitis itu lahir makna dalam perspektif emotional heart bahwa ternyata kita hanyalah makhluk yang rawan dari berbagai kekeliruan dengan segala risikonya.

Tiba-tiba, kita mengingat rasa kasih sayang Allah terhadap kita dengan mengingat dua surah terakhir dalam Alquran yang membimbing dan mengajari kita agar senantiasa berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah yang Mahakuasa dengan membaca, a'udzu bi rabb al-falq (aku memohon perlindungan dari Tuhan alam semsta/makrokosmos) dan a'udzu bi rabb al-nas (aku memohon perlindungan dari Tuhan manusia/mikrokosmos).

Dari sini timbul kesadaran batin bahwa betapa Allah SWT betul-betul Mahapengasih dan Mahapenyayang (al-Rahman al-Rahim).

Dari kesadaran emotional heart maka akan lahir kesadaran puncak, yaitu spiritual heart. Jika kesadaran ini digunakan untuk membaca atau mendengarkan Alquran, “mata” dan “telinga” Tuhan yang digunakan untuk membaca dan mendengarkan ayat-ayat suci-Nya. Dengan demikian, kita bisa memperoleh makna tertinggi Alquran.

Rasa percaya diri dan tawakal di bawah lindungan Allah SWT akan selalu terasa bagi orang yang membaca Alquran dengan perspektif emotional heart. Hanya saja, sebagian orang masih merasa situasional dengan perasaan itu (spiritual state/hal) dan hanya sedikit yang sudah sampai ke suasana batin permanen (spiritual station/maqam).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement