Rabu 05 Mar 2014 22:33 WIB

Dai Serba Bisa Dimunculkan Lewat Pelatihan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad
Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perlu rumusan lebih lanjut agar ustaz mampu menghasilkan dakwah yang bersifat substantif. Indikatornya adalah sejauhmana dakwah dipahami dan diimplementasikan masyarakat.

Dakwah yang hanya mengejar simbol atau rating harus diluruskan. Sebab, dakwah merupakan panggilan kepada jalan yang lurus.

Pelatihan angkatan kedua atau Training for Trainers (TOT) yang akan dilaksanakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bulan ini masih memfokuskan pelatihan bagi ustaz yang dikirim ke daerah-daerah.

Sesuai standar umum MUI, materi yang disampaikan bersifat substantif, yakni penguasaan materi dakwah dan bersifat metodologis.

Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan menjelaskan, materi dakwah meliputi Alquran, hadits, fikih Islam dan materi lainnya. Sedangkan yang bersifat metodologis para dai akan diberikan pelatihan sehingga terampil menyampaikan dakwah.

Kode etik dai juga menjadi materi yang disampaikan. "Mereka harus bisa berdakwah melalui perbuatan dan lisan. Sehingga muncul istilahnya 'dai serba bisa'," ujar Amirsyah, Rabu (5/3).

Para dai ini diharapkan bisa menggerakkan masyarakat di pedesaan, menggerakkan ekonomi masyarakat, memberi penyuluhan berbagai masalah, terutama sosial dan ekonomi. Sehingga, menurut Amirsyah, tidak semudah itu seseorang mengaku sebagai ustaz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement