Selasa 04 Mar 2014 20:55 WIB

Masjid Baiturrahmah, Kaya Eksplorasi Estetika (2-habis)

Masjid Baiturrohmah, Ciputat, Tangerang Selatan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Masjid Baiturrohmah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Oleh: Mohammad Akbar

Sudah cukupkah untaian estetika di interior Masjid Baiturrahmah? Ah, rupanya masjid ini sungguh kaya dengan ornamen seni.

Kini, tengoklah bentangan langit-langit. Sebuah permainan bentuk tersaji di sana. Sejajar dengan dua saf terdepan jamaah pria, langit-langit tampil bersahaja dengan permainan bentuk datar. Sebagai pemanis, dipasang enam lampu downlight berukuran sedang.

Sementara di bagian tengah tampilan langit-langit dibuat menggantung dan berongga. Kesan menggantung itu muncul karena bagian ini disajikan dalam dua layer (lapisan) terpisah.

Gypsum adalah material yang dipilih untuk membuat langit-langit. Bahan ini dipilih karena memungkinkan untuk diolah atau dibuat menjadi berbagai bentuk yang artistik.

 

Tanpa kubah

Di sisi eksterior, Masjid Baiturrahmah juga memiliki sejumlah pesona. Salah satunya, di bagian gapura yang berbentuk melengkung dengan ujung meruncing. Menjadi pembatas dengan areal suci di masjid ini, gapura berada di antara anak tangga. Pada sisi yang mengarah ke anak tangga, tersaji ukiran yang motifnya mirip dengan yang ada di pintu utama.

Kini, coba lihat fasad bangunan yang ternyata menampilkan seni kaligrafi bermotif kotak. Model kotak tersebut seakan menjadi penegas bahwa masjid ini mengadopsi konsep modern minimalis.

Bentuk kaligrafi kotak ini difungsikan sebagai filter bagi sinar matahari yang hendak masuk ke bagian dalam masjid. Pada banyak bangunan minimalis, filter semacam ini biasanya terbuat dari bambu.

Tak demikian halnya dengan Masjid Baiturrahmah. Di sini, bentuk kaligrafi kotak itu dibuat dari material besi tempa. Warna yang dipilih putih, selaras dengan warna di bagian langit-langit.

Nah, berjarak kurang dari semeter di belakang kaligrafi kotak tadi terdapat kaca. Tak sekadar hiasan, kaca itu juga memiliki makna fungsional, yakni sebagai jalan masuk cahaya untuk menerangi lantai basement.

Hal yang tak biasa juga tersaji di bagian atap. Tak ada kubah di sana. Sebagai gantinya, dihadirkan penutup atap berbentuk bangun trapesium. Untuk menegaskan bahwa bangunan ini merupakan masjid, di bagian muka bangunan dihadirkan sebuah menara. Berbentuk kubus, menara ini berhiaskan untaian kaligrafi kotak.

Secara keseluruhan, Masjid Baiturrahmah banyak menghias diri dengan bentuk-bentuk estetika yang tak biasa. Walau begitu, ketidakbiasaan itu justru menghadirkan pesona yang kerap sulit digambarkan dengan kata-kata.

Memakmurkannya

Memiliki masjid yang sarat dengan keindahan estetika rupanya tak cukup membuat pengurusnya berbahagia. Ahmad Nurrahman, pembina rohani Islam RS Sari Asih dan ketua harian Masjid Baiturrahmah, mengaku, sangat tertantang untuk membuat masjid itu menjadi makmur.

Diakui Ahmad, masjid yang dikelolanya ini tak memiliki jamaah tetap. Meski demikian, ia tak pernah kehilangan akal untuk menarik kaum Muslimin agar betah beribadah di dalam masjid ini.

“Selain aktivitas shalat lima waktu dan shalat Jumat, kami juga memiliki sejumlah kegiatan keagamaan, di antaranya, kajian hadis,” katanya kepada Republika.

Selain kajian Hadis, Ahmad mengatakan, pihaknya juga secara rutin mengadakan tahajud berjamaah. Kegiatan ini, kata dia, dilakukan minimal sebulan sekali. “Biasanya, kami melakukannya pada pekan pertama atau kedua setiap bulannya. Hadirnya kegiatan-kegiatan semacam inilah yang bisa menarik orang untuk datang ke masjid ini.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement