Selasa 04 Mar 2014 17:19 WIB

Al-Kindi, Jembatan Filsafat Islam dan Yunani (1)

Al-Kindi (ilustrasi).
Foto: Famousscientists.org
Al-Kindi (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah

Ia adalah orang yang mengawali debat mengenai filsafat dalam Islam ortodoks.

Abu Yusuf Yaqub bin Ishaq adalah salah satu filsuf Islam terkemuka. Dunia mengenalnya sebagai Al-Kindi. Dunia melihatnya sebagai jembatan bagi filsafat Yunani dan Islam.

Al-Kindi hidup sebagai cendekiawan brilian abad ke-9 ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa di Baghdad, Irak. Ia adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada putra khalifah. Dia gemar mempelajari pemikiran Aristoteles yang telah diterjemahkan.

Sumbangsih Al-Kindi yang paling signifikan adalah terminologi filsafat dan pengembangan kosa kata filsafat dalam bahasa Arab. Karyanya ini dilanjutkan oleh Ibnu Sina pada abad ke-11.

Al-Kindi adalah orang yang mengawali debat mengenai filsafat dalam Islam ortodoks. Gagasan Al-Kindi mungkin terdengar tidak revolusioner. Namun pada masanya, mengembangkan ilmu pengetahuan asing bisa dianggap cukup mengagumkan.

Saat itu filsafat dianggap sebagai ilmu pengetahuan asing yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan Arab, seperti tata bahasa dan studi Alquran.

Al-Kindi berasal dari etnis Arab dari suku Kinda. Ia lahir dan mengenyam pendidikan di Kufa sebelum melanjutkan pendidikan di Baghdad. Ia meninggal dunia di Baghdad antara 866-873 M. Ia dikenal sebagai filsuf Arab. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan pribadi Al-Kindi.

Berbeda dengan filsuf sebelumnya yang meski Muslim bukanlah berasal dari Arab. Ilmuwan ini biasanya mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kedua mereka.

Ia memiliki daftar karya yang panjang yang sayangnya hilang sehingga tidak banyak ilmuwan modern yang bisa mempelajari naskahnya. Tulisan Al-Kindi tidak terlalu populer karena dibayang-bayangi filsuf lain yang lebih terkenal, seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina.

Ilmuwan Renaisans dari Italia Geralomo Cardano (1501-1575) menganggapnya sebagai salah satu dari 12 pemikir besar di abad pertengahan. Menurut Ibnu al-Nadim, Al-Kindi telah menulis sedikitnya 260 buku. Buku mengenai geometri sebanyak 22 buku, medis dan filsafat masing-masing 22 buku, sembilan buku logis dan 12 buku fisika.

Pengaruhnya di berbagai bidang tersebut jauh melebihi ilmuwan-ilmuwan di zamannya dan bertahan selama berabad-abad. Karyanya yang masih tersisa terdapat dalam bentuk terjemahan Latin oleh Gerard dari Cremona, hanya sedikit dalam bahasa Arab.

Kaligrafer andal

Al-Kindi adalah orang yang memperkenalkan ilmu filsafat kepada penguasa Abbasiyah. Bukan itu saja, kemampuannya meliputi banyak bidang, termasuk obat-obatan, matematika, musik, astrologi dan optik.

Di bidang yang lebih praktis ia juga menyumbangkan pikiran mengenai parfum, pedang, perhiasan, gelas, zoologi, cermin, meteorologi dan gempa bumi.

Ia juga dikenal sebagai penulis kaligrafi yang indah. Karena keindahan tulisannya Khalifah Mutawwakil menunjukkan sebagai penulis kaligrafi istana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement