Selasa 25 Feb 2014 20:45 WIB

Subsidi BPIH 2014 Diupayakan Lebih Besar

Rep: Amri Amrullah/ Red: Chairul Akhmad
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Anggito Abimanyu berbicara dalam rapat panitia kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/2).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Anggito Abimanyu berbicara dalam rapat panitia kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rapat panitia Kerja (Panja) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2014 masih terus digelar sejak Senin kemarin hingga beberapa hari ke depan.

Panja yang terdiri dari Anggota Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama (Kemenag) ini menyisir berbagai komponen biaya haji sebagai bahan pertimbangan BPIH 2014.

"Memang kalau mengikuti kurs dolar bisa naik, tapi seharusnya dari bagi hasil setoran awal jamaah justru biaya bisa lebih rendah di indirect cost," ujar anggota Panja BPIH 2014 DPR Ledia Amalia Hanifah, Selasa (25/2).

Ledia mengatakan, pembahasan di BPIH 2014 tidak hanya menjadikan patokan kenaikan harga dolar terhadap rupiah pada tahun ini. Selain itu, pihaknya berharap ada kesepakatan bahwa biaya tidak langsung (Inderect cost) dalam rupiah jumlahnya tidak lebih dari tahun lalu.

Ditambah dengan adanya akumulasi bagi hasil dari setoran awal jamaah, menurut dia, juga harus dihitung berapa persentase memberikan subsidi lebih besar kepada BPIH 2014. "Tahun lalu subsidi dari akumulasi bagi hasil setoran awal 34 persen dari total biaya. Kita berharap tahun ini seharusnya subsidi itu bisa melebihi itu," ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, di tengah pergolakan dolar AS terhadap rupiah ini paling tidak pada BPIH 2014 bisa sama atau bahkan lebih kecil dibanding BPIH 2013 yang rata-rata Rp 33 juta 900 ribu.

Anggota panja BPIH 2014 DPR pun mengimbau agar kualitas pelayanan tetap bertambah bila akhirnya nanti disepakati ada penurunan BPIH 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement