Jumat 21 Feb 2014 09:09 WIB

Pengusung Dakwah di Timur Indonesia (2)

 Pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo dulu yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14.
Foto: Wordpress.com
Pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo dulu yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14.

Oleh: Afriza Hanifa

Mereka khawatir Gowa-Tallo akan menjajah mereka. Faktor penolakan lain juga karena mereka sukar meninggalkan kegemaran makan babi, minum tuak, sabung ayam dengan berjudi, dan kebiasaan negatif lain.

Kepada yang menolak itu dikirimkan peringatan. Namun setiap kali ada pesan, setiap itu pula ditolak. Dengan alasan mereka itu mau membangkang dan melawan, maka terpaksa Gowa mengangkat senjata menundukkan mereka.

“Empat kali dikirim bala tentara untuk memerangi raja-raja Bugis, tetapi selalu dikalahkan oleh persekutuan raja-raja Bugis, terutama Kerajaan Tellumpoccoe yaitu Bone, Soppeng, dan Wajo yang menutup aliansi pada 1582 M," tulis artikel tersebut mengutip dari Noorduyn.

Namun, angkatan perang Gowa-Tallo yang terkenal sangat tangguh itu pun berhasil mengalahkan mereka. Satu per satu kerajaan Bugis dapat ditaklukkan. Dimulai pada 1609 M, tentara Gowa dikirim ke pedalaman untuk mengislamkan kerajaan Bugis dari yang terkecil, yakni Ajatappareng (Suppak, Sawitto, Rappang, dan Sidenreng).

Baru kemudian pada tahun yang sama, mereka bergerak ke Kerajaan Soppeng dan berhasil. Tahun berikutnya, Kerajaan Wajo pun menerima Islam, lalu pada 1611 M Kerajaan Bone memeluk Islam.

 

Menurut Sewang, terlepas dari motivasi Sultan Alaudin untuk berperang dengan kerajaan tetangga tersebut, perang itu sendiri justru sangatlah menguntungkan dari segi Islamisasi di Sulawesi Selatan.

Hal tersebut karena raja-raja yang ditaklukkan kemudian memeluk Islam. "Raja Bone merupakan raja terakhir dari aliansi Tellunpoccoe yang menerima Islam setelah ia mengalami kekalahan dalam perang  pada 1611 M. Dengan masuknya Islam Raja Bone, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah memeluk Islam, kecuali Tana Toraja," ujarnya.

 

Dengan demikian, lanjut Sewang, proses Islamisasi antara 1605-1611 M merupakan periode penerimaan Islam secara besar-besaran. Setelah itu, dimulailah proses sosialisasi Islam ke dalam struktur kerajaan dan kehidupan masyarakat.

"Kelihatannya, proses itu berjalan dengan tidak banyak menimbulkan pertentangan. Hal ini terjadi karena sejak semula, penyebaran Islam dilakukan atas prakarsa raja serta atas kemampuan adaptasi yang diperlihatkan oleh para penyiar Islam," kata Sewang.

 

Mengutip Noorduyn, De Islamisering van Makassar, Islamisasi Sulawesi Selatan terbagi atas tiga tahap. Pertama, datangnya orang-orang Islam untuk pertama kalinya di suatu daerah.

Kedua, masuknya agama Islam yang berarti penduduk setempat telah memeluk agama Islam. Ketiga, penyebaran Islam, yaitu setelah Islam mulai disebarkan ke dalam masyarakat atau disebarkan ke luar daerah di mana Islam pertama kali diterima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement