Kamis 20 Feb 2014 10:00 WIB

Jalan Hidup Salikin: Dunia Mimpi-Mukasyafah (1)

Ilustrasi
Foto: Artsytime.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Mukasyafah berasal dari kata kasyafa-yaksyifu berarti menyingkap, menampilkan. Mukasyafah berarti penyingkapan sesuatu yang gaib, abstrak, dan terselubung (mahjub).

Dalam perspektif tasawuf, mukasyafah lebih tinggi daripada waqi'ah. Kalau waqi'ah masih paralel perjalanan nafsu dan roh, sedangkan mukasyafah sudah lebih dominan perjalanan roh. Mukasyafah dinilai lebih valid dan lebih absah daripada waqi'ah, manamat, ru'yah, dan hilm.

Mukasyafah tidak gampang diraih oleh banyak orang karena sangat bergantung tingkat kedekatan diri dengan Allah SWT. Orang-orang yang sudah lama menempuh perjalanan suluk pun belum tentu bisa mengalami pengalaman mukasyafah.

Mukasyafah dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sedangkan waqi'ah, manamat, ru'yah, dan hilm  masih bersifat kondisional. Hanya para nabi dan rasul serta sejumlah wali bisa sampai ke tingkat mukasyafah.

Mukasyafah bisa mengambil berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk manamat, ru'yah, atau waqi'ah. Dari sudut inilah sebagian ulama mengatakan mukasyafah sama saja dengan waqi'aah, ru'yah, dan manamat.

Mukasyafah  bisa dibedakan ke dalam dua jenis. Jika mukasyafah muncul melalui mimpi atau kekuatan imajinasi dari dalam diri disebut penglihatan jiwa (mata batin).

Sedangkan mukasyafah yang muncul melalui isyarat yang datang dari kekuatan lain dari luar, misalnya mendengarkan informasi melalui bisikan atau suara gaib, dari sumber yang tidak tampak maka ini disebut telinga jiwa (telinga batin). Bagaimana mengasah mata batin dan telinga batin sudah dibahas di dalam artikel terdahulu.

Kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu yang gaib melalui imajinasi cerdas yang diperoleh melalui manamat dan waqi'ah, biasanya disebut al-kasyf al-mukhayyal, atau penyingkapan imajinasi dan khayalan.

Imajinasi dan hayalan di sini tentu bukan imajinasi atau khayalan sembarangan, tetapi sesuatu yang lahir dari orang-orang yang terlatih sepanjang waktu dengan penuh ketekunan untuk belajar. Orang yang sampai di maqam ini sudah mampu menggunakan mata dan telinga batinnya untuk mengungkap sesuatu yang bukan saja bersifat fisik, melainkan juga hal-hal yang bersifat gaib.

Mukasyafah yang lebih tinggi tidak hanya mampu mengungkap khayali, tetapi juga hal-hal yang bersifat gaib. Mukasyafah jenis ini juga mampu menangkap makna dari pengalaman dan peristiwa simbolis, misalnya menerjemahkan sebuah isyarat yang muncul, baik dalam manamat maupun waqi'ah menjadi makna aktual dalam kehidupan nyata.

Contohnya, seseorang yang diberi kekuatan untuk menyingkapkan di dalam dirinya pengalaman masa lampau atau kejadian-kejadian yang belum terjadi. Pengalaman beberapa nabi, seperti pengalaman Nabi Muhammad SAW yang bisa memahami kejadian masa lampau dan peristiwa yang belum terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement