Rabu 19 Feb 2014 17:38 WIB

KH Syuhada Bahri: Terus Mencetak Dai Unggulan (1)

Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri (dua dari kiri) saat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri (dua dari kiri) saat diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Melahirkan dai yang mau mengabdikan diri pada dakwah dengan bertugas di pedalaman tentu bukanlah hal mudah. Pada umumnya, manusia enggan mengalami kesulitan hidup dan enggan mengorbankan hidup.

Bagaimana Dewan Dakwah mendapatkan para dai luar biasa tersebut, berikut hasil perbincangan wartawan Republika, Afriza Hanifa, dengan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri.

 

Apa peran utama Dewan Dakwah untuk umat Islam Indonesia?

Peran yang paling utama itu membimbing dan mencerdaskan umat di dalam memahami agama Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.

Artinya, tidak terlalu kanan dan juga tidak terlalu kiri, tetapi tengah-tengah. Kan orang-orang menilai ada Islam yang lugas, ada yang terlalu lembut, kalau kita nggak. Kita ingin memandu bahwa Islam itu mengajarkan tengah, keras lembut tergantung kondisi.

Lalu, apa yang dilakukan Dewan Dakwah untuk memenuhi peran tersebut?

Langkah awal kita dengan melakukan kaderisasi dai yang kita sering mengistilahkan dengan membangun dai yang mempunyai iman sehingga lahir ikhlas, mempunyai ilmu sehingga lahir amal, mempunyai akhlak yang bisa melahirkan keteladanan, mempunyai wawasan kekinian yang bisa mendorong semangat dakwah. Itu kriteria dai untuk membimbing dan mencerdaskan umat.

Apa yang dibangun para dai tersebut dalam membina umat?

Dalam pelaksanaan dakwah, secara umum para dai memperkuat keyakinan umat. Lalu, kedua, meningkatkan kemampuan pendidikan dan meningkatkan ekonomi. Jadi, dakwah berbasis community development. Bukan cuma ngajar ngaji, tapi juga bertani, misalnya. Seperti di Mentawai, baru saja panen padi dari lahan 20 hektare.

Sekarang ini kita juga sedang mencoba sosialisasikan kompor hemat energi. Kompor itu tetap pakai kayu bakar, tapi bisa lebih hemat karena apinya fokus, beda dengan tungku. Selain kayu, bisa juga menggunakan sampah. Sekarang ini kita sedang mencari sponsor untuk kemudian kompor itu akan dibagikan secara cuma-cuma.

Kalau di pedalaman kan warga masih menggunakan kayu bakar, tapi dengan ini bisa lebih hemat. Ya begitu, jadi bukan cuma ngaji, tapi juga mengembangkan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Semua yang diperlukan manusia menjadi lingkup dakwah.

Bagaimana Dewan Dakwah mengader para dai yang unggulan seperti itu?

Kita ada Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir, lewat situlah kaderisasi. Di sana mahasiswa pada tahun pertama diajarkan bahasa dan ibadah praktis termasuk tahajud dan puasa Senin Kamis. Lalu, tahun kedua, pada hari Jumat, Sabtu, Ahad dititipkan ke masjid agar mengenal masyarakat. Tahun ketiga, dikirim ke pedalaman selama tiga bulan.

Tahun keempat setelah S-1 bertugas ke pedalaman selama dua tahun. Kalau tidak menjaankan tugas, tidak dapat lulus diwisuda, ijazahnya tidak diberikan. Kemudian bagi yang berminat dan memiliki prestasi baik, bisa lanjut S-2 dan S-3. Selesai S-2, tugas lagi kepedalaman selama satu tahun, baru kemudian S-3.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement