REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dana haji yang mencapai puluhan triliun disarankan untuk diinvestasikan agar memberi nilai tambah bagi jamaah haji maupun bagi jamaah calon haji yang telah menunggu bertahun-tahun.
Jusuf Kalla mengatakan agar jamaah tak pusing menutup kekurangan uang muka haji setelah menunggu sekian lama, ia menyarankan uang haji diinvestasikan. ''Ini muamalah, berbeda denga ibadah. Selama tidak haram, tidak masalah,'' kata dia saat peluruncuran buku karya Anggito Abimanyu 'Tangan Tak Terlihat', Rabu (5/2).
Jika tidak, lajut JK, calon jamaah haji bisa kerepotan. ''Hanya haji yang bayar dulu baru 15 tahun kemudian berangkat,'' ungkapnya yang disambut tawa hadirin.
Jika danan haji naik karena dolar naim, JK mempertanyakan bagaimana orang akan naik haji jika dolar naik menjadi 20 ribu. Kecuali jika negara mau menutupi. ''Jangan bangga saja memegang uang Rp 60 triliun,'' kata mantan Wakil Presiden 2004-2009 itu.
JK melihat investasi dana haji untuk pembelian pesawat haji kurang tepat. ''Tidak ada orang yang beli pesawat untung,'' kata JK saat disinggung rencana pembelian pesawat menggunakan dana haji.
Didin Hafiduddin mengatakan haji itu 10 persen ibadah dan sisanya soal manajemen. Haji itu wajah umat Islam.Tiap tahun diselenggarakan dan berulang. ''Jika baik penyelenggaraannya, akan baik pula wajah Islam,'' kata ketua BAZNAS itu.
Uang haji itu titipan (wadiah murni) agar nanti merasa aman saat akan melaksanakan haji. Kadang jamaah haji Indonesia tidak peduli uang itu disimpan di mana, yang penting aman. Maka mekanismenya harus diubah.
Didin melihat uang haji memang harus diinvestasikan agar menghasilkan dan tidak mengendap begitu saja. Anggito, sebagai orang yang paham keuangan, dinilai Didin mampu melakukan itu dengan perencanaan yang baik. Harus ada keterbukaan terhadap jamaah, diinvestasikan di mana.
Harus juga ada yang menjamin keamanan uang ini. Jika terjadi sesuatu, malah berbahaya bagi calon jamaah haji.
Ia menyarankan di awal ini uang haji diinvestasikan ke instrumen investasi yang cenderung tidak merugi. Ia menilai investasi dana haji pada sukuk sudah tepat untuk saat ini karena returnnya jelas.
''Keuntungannya dikembalikan lagi untuk kepentingan jamaah haji. Jika keuntungannya besar, bisa digunakan untuk pemondokan yang dekat dengan Masjidil Haram,'' kata dia.
Ia melihat dua tahun ini penyelenggaraan haji mulai baik. Ke depan, Didin berharap semoga yang dibawa jamaah haji adalah kesan yang baik. Tidak ada lagi cerita jamaah hanya shalat dua kali di Masjidil Haram karena penginapan jauh.