Kamis 28 Nov 2013 20:24 WIB

Dai Pedalaman Kurang Tersentuh Zakat

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Zakat (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Zakat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Geliat dakwah Islam di wilayah terpencil Indonesia selama ini kurang mendapat perhatian dana infaq dan zakat.

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sebagai salah satu organisasi dakwah nasional yang fokus pengembangan dakwah menilai, dai di pedalaman selama ini jauh dari penyaluran hasil infaq dan zakat umat.

Ketua umum DDII, KH Syuhada Bahri mengungkapkan, kondisi memprihatinkan sebagian besar para dai di pedalaman yang dikoordinir oleh DDII. Selama ini, diakui dia, peran dakwah mereka mereka masih jauh dari sentuhan infaq dan zakat umat.?

Padahal, rintangan dan tantangan dakwah di wilayah pedalaman ini butuh pengalaman serta kesabaran yang luar biasa. Syuhada mengungkapkan salah satu dai yang dikirim di wilayah komunitas muslim di Soe, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).?

"Ada dai di sana yang selama 10 hari harus bertahan hanya dengan memakan dedaunan," ujar Syuhada kepada Republika, Kamis (28/11).

Ini dikarenakan lokasi dakwah yang jauh dari pusat kota dan tidak tersedia beras untuk dimakan. "Umat Islam yang ia dakwahkan pun tidak bisa berbuat banyak, Karena umat yang didakwahkan jauh lebih miskin."

Hal yang sama dialami dai yang dikirim di pulau Seram dan di wilayah Papua. Namun, Syuhada mengungkapkan, kondisi yang memprihatinkan itu hampir tidak pernah menjadi keluhan para dai.

Tetapi ia dan DDII sebagai pihak yang mengirimkan mereka menyadari betapa memprihatinkan kondisi para dai tersebut.

Karenanya, menurut dia, kondisi ini perlu mendapatkan perhatian dari Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) maupun Daerah (Bazda).

Selama ini pendanaan yang dilakukan DDII untuk operasional dai di pedalaman mengandalkan LAZ di lingkungan DDII semata. Walaupun diakui dia, ini belum sepenuhnya optimal.

Hal yang sama diakui Ketua Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), Satori Ismail juga sempat mengeluhkan rendahnya kesadaran umat dan LAZ mengalokasikan zakat dan infaq mereka untuk aktivitas dakwah di daerah terpencil.

Satori mengungkapkan, program dai di daerah terpencil Ikadi, selama ini masih mengandalkan bantuan dan dukungan dana dari sponsor.

"Selama ini program pendidikan dai untuk pedesaan, kita juga belum pernah mendapat dukungan dana dari LAZ atau BAZ," ungkapnya. Belum adanya dukungan finansial dari LAZ dan BAZ ini, menuntut Ikadi bekerja keras, mencari sponsor bagi calon dai di daerah.

Ketua Umum Baznas, Didin Hafiuddin dalam silaturahim Baznas bersama LAZ mengatakan selama ini memang bantuan infaq dan zakat untuk dai di pedalaman masih belum optimal.

Didin mengakui kegiatan dakwah yang selama ini sudah dilakukan beberapa organisasi islam harus didukung dengan kekuatan finansial.

"Di sinilah peran LAZ dan BAZ," kata dia. Untuk itu, Didin meminta LAZ dan BAZ jangan mengambil semua peran dakwah di pedalaman yang sudah dijalankan sebagian ormas islam.

"LAZ dan BAZ cukup mendukung kekuatan dana, sehingga kerjasama itu terjalin baik." Bantuan ini pun bisa diberikan dalam bentuk pemberdayaan ekonomi.

Menurut Didin apabila hasil zakat saja yang terkumpul disalurkan untuk kegiatan dakwah di pedalaman alokasinya akan didapat cukup besar.

Seperdelapan saja atau 10 persen dari hasil pengumpulan zakat yang Rp 10 miliar, maka ada Rp 1 miliar untuk pengembangan dakwah di pedalaman.

"Karena itu kita meminta masyarakat, LAZ dan BAZ mau sadar dan peduli memberikan zakat mereka bagi aktivitas dakwah ini."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement