Sabtu 16 Nov 2013 22:44 WIB

Kapok Kerja di Arab Saudi

Rep: Irfan Abdurrahmat/ Red: Djibril Muhammad
Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang melebihi izin tinggal (overstayed) di Arab Saudi saat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Ahad (10/11) malam.  (Antara//Lucky.R)
Sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang melebihi izin tinggal (overstayed) di Arab Saudi saat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Ahad (10/11) malam. (Antara//Lucky.R)

REPUBLIKA.CO.ID, CENGKARENG -- Dengan menggunakan gamis berwarna hitam, Dairoh (39 tahun) tampak bahagia tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Menghabiskan waktu empat tahun meraup rezeki di Arab Saudi, tidak sedikit pun membuat wanita asal Cirebon ini terpikir untuk kembali lagi bertemu majikannya.

Saat ditemui Republika, Sabtu (16/11), wanita satu anak ini mengakui dipulangkan akibat surat izin tinggalnya sudah habis masa berlakunya.

Dengan suaranya yang pelan, dia mengakui tidak memiliki uang sedikit pun untuk pulang ke kampung halamannya.

"Saya tidak pegang duit sama sekali. Gaji saya satu tahun tidak dibayarkan. Saya juga bingung mau pulang bagaimana," katanya menjelaskan.

Dairoh memaparkan, dalam satu bulan hanya diberikan upah senilai delapan riyal oleh majikannya. Uang hasil keringatnya itu, ia mengaku, langsung dikirimkan untuk keluarganya di Brebes, Cirebon.

Ia mengatakan, selama bekerja tidak ada perasaan mengeluh sedikit pun. "Saya betah saja. Dari pada ganti majikan, nanti yang ada saya dilaporkan kabur dari majikan yang lama," keluhnya.

Resmi atau tidaknya proses administrasi saat bekerja di Arab Saudi, ia mengakui, tidak mengetahui persis. Ia menjelaskan, hanya mengetahui dikirim perusahaan pencari kerja untuk dipekerjakan di Arab Saudi.

Ia menjelaskan, tidak berani melaporkan kejadian yang telah menimpanya. "Untuk menceritakan perihal keterlambatan gaji ke pihak kedutaan, jujur saya tidak berani. Ditakutkan nanti saya bisa dikenakan hukuman akibat melaporkan informasi palsu," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, tidak ada bantuan sedikit pun dari pihak KBRI. Bahkan, sambungnya, saat ini saja harus menghubungi pihak keluarga guna dijemput ke bandara.

"Saya terpaksa menunggu jemputan. Habis mau bagaimana lagi. Saya tidak memegang uang sepeser pun," ungkapnya.

Sejauh ini, ia menjelaskan, tidak ada perlakuan kasar dari majikannya. Hanya terlambat pembayaran gaji saja. Dairoh pun tidak mengetahui awal mula bisa pulang ke Indonesia.

Ia menjelaskan, tiba-tiba sudah diantar ke pesawat oleh majikannya. Ia memaparkan, proses perpanjangan kartu izin menetap sangat susah didapatkan dari Pemerintah Arab Saudi.

Menurut dia, proses pengurusan yang seharusnya bisa diproses selama tujuh hari kerja, kini harus menunggu enam bulan.

"Yang membuat susah itu pengurusan surat di kedutaan. Banyak pekerja yang harus menunggu untuk dibuatkan surat-surat keterangan tinggal. Tidak sedikit pekerja yang membuat tenda dan menginap di pinggiran jalan persis di depan kedutaan untuk menunggu izin tempat tinggal tersebut dikeluarkan," katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement