REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari ini adalah hari terakhir kita bisa menghirup nafas di tahun 1434 Hijriah. Besok, kita memasuki tahun baru hijriah, dengan semangat baru untuk menjadikan bangsa Indonesia ini menjadi lebih baik.
Tokoh Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengatakan perlunya memaknai tahun baru hijriyah ini sebagai momen untuk menuju zaman yang lebih baik lagi. “Hijrah artinya pindah,” ujarnya pada Republika, Senin (4/11).
Ya, awal tahun hijriyah ditetapkan berbarengan pada masa Rasulullah melakukan hijrah, dari Makkah menuju ke Madinah. “Nabi pindah dari Makkah yang penuh dengan tindak kezaliman dan dekadensi moral ke Madinah almunawwarah yang beradab dan disinari dengan sinar ke Tuhanan,” jelasnya.
Bagi bangsa Indonesia, menurutnya, momentum tahun baru Hijriah ini sebaiknya dijadikan sebagai momen untuk menghijrahkan bangsa ini. “Pindahkan bangsa ini dari keadaan keterbelakangan dan kebejatan serta dekadensi moral kepada suasana beradab dan berkemajuan dalam segala bidang,” ujar pengajar di UIN Syarif Hidayatullah ini.
Untuk itu, ia menyerukan agar bangsa dan negara ini harus sadar sesadar-sadarnya bagaimana mengetahui ukuran kemajuan dan keberhasilan bangsa ini. “Bangsa yang maju tidak hanya diukur secara kuantitatif melalui PDB dan pendapatan perkapita, atau angka-angka pertumbuhan ekonominya saja,” katanya.
Hal yang tidak kalah pentingnya, adalah bisa mewujudkan bangsa yang maju dengan memeprhatikan aspek moral, akhlak, dan spiritualitas dari masing-masing pribadi masyarakat. “Karena tanpa itu maka kemajuan yang kita dapat akan hampa dan tidak akan bermakna, sebab buat apa kita punya ini dan punya itu kalau kita tidak bahagia dan punya moral dan akhlak yang mulia,” ujarnya.
Memperingati peristiwa hijrah ini, ia memaparkan, sebagai momen untuk mengajari kita tentang akan kita bawa kemana bangsa ini. Dalam peristiwa hijrah ini jelas tersirat perintah agar kita selain secara serius bekerja keras untuk memajukan bangsa ini, juga didalamnya ada sebuah peringatan agar dalam melakukan hal tersebut kita dituntut untuk mengaitkan dan menghubungkan hal itu dengan Allah SWT.
“Karena dengan cara itulah secara sejatinya kita akan bisa dan dapat mencapai tujuan kita,” katanya. Tanpa itu maka yang akan kita dapat adalah bencana dan malapetaka, yang tentu jelas tidak ada yang menginginkanya.