Jumat 13 Sep 2013 15:33 WIB

Penghafal Kitab Suci Alquran Berperan Strategis di Masyarakat

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Citra Listya Rini
Anak-anak membaca alquran.  (ilustrasI)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Anak-anak membaca alquran. (ilustrasI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghafal kitab suci Alquran berperan strategis di masyarakat. Mereka menjadi imam masjid dan mushola baik di kota besar maupun pedalaman. Mereka menjadi pendakwah yang hidup bersama masyarakat di seluruh Indonesia.

Ketua Umum DPP Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafiz-Hafizah, Said Agiel Hussein al-Munawwar menyatakan mereka berperan sebagai figur. Masyarakat kerap merujuk berbagai permasalahan kepada mereka. 

Tidak hanya permasalahan agama yang menjadi bidang mereka, hafiz dan qari juga kerap terlibat dalam memecahkan problem sosial. "Ini yang terjadi sejak dulu," katanya dalam seminar internasional tentang Alquran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (13/9).

Penghafal Alquran kerap memiliki kemampuan membaca kitab suci tersebut dengan menggunakan lagu yang indah didengar. Kemampuan seperti ini menarik perhatian masyarakat luas. 

Warga Indonesia yang beragama Islam sangat menghormati mereka karena dinilai menguasai ilmu-ilmu keislaman. Penghafal Alquran akhirnya dicintai dan disayangi. Apa yang mereka katakan menjadi rujukan masyarakat.

Ketum DPP IPQAH ini menyatakan di tangan mereka Islam didakwahkan sebagai agama yang toleran. Islam mereka dakwahkan sebagai solusi konflik sosial misalkan. Ketika ada bentrokan antarkelompok di kampung, maka merekalah yang hadir untuk mendamaikan masyarakat.

Selain itu, mereka juga dituntut untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang cinta Alquran. Mereka mengajarkan anak-anak mengaji. Setelah pintar mengaji, mereka kemudian mengajarkan anak-anak untuk mampu mengamalkan Alquran.

"Alhamdulillah, pemerintah baik pusat maupun daerah memberikan penghargaan lebih kepada mereka," kata Said. 

Di Kalimantan Selatan, paparnya, tidak kurang dari 200 qari dan penghafal Alquran mendapat bantuan uang insentif Rp 1,5 juta setiap bulan. Kemudian masih ada ratusan, bahkan ribuan lagi yang mendapat bantuan.

Saat ini, berdasarkan data IPQAH, tidak kurang dari 48 ribu penghafal Alquran tersebar di seluruh Indonesia. Mereka adalah alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri. 

Ada yang lahir dari perguruan tinggi di Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan berbagai negara di Timur Tengah. Ada juga yang berasal dari pendidikan perguruan tinggi dalam negeri, yaitu universitas Islam negeri dan institut studi Islam di seluruh Indonesia.

Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menyatakan pemerintah terus melakukan pembinaan, karena mereka mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Dia menyatakan masyarakat tidak usah takut atau khawatir untuk menjadi hafiz dan qori.

Para penghafal Alquran awalnya berperan sebagai imam masjid. "Hafalan mereka bagus sekali," paparnya. Tidak hanya itu, suara mereka indah didengar. Ketika membaca Alquran suara mereka membuat hati masyarakat tersentuh, menangis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement