REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sebagai negara terbesar di dunia dalam mengirim jamaah haji memerlukan identitas nasional sehingga seragam menjadi penting buat jamaah, termasuk seragam ibadah seperti mukena.
"Kita sudah memiliki identitas batik tapi tidak dipakai sehari-hari dalam ibadah. Untuk itu perlu ada mukenah khusus ibadah," kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Anggito Abimanyu di Jakarta, Senin (26/8).
Acara penandatanganan hibah desain mukena bagi jamaah haji Indonesia dilakukan di ruang kerja Dirjen PHU. Tampak hadir Direktur Pelayanan Haji Sri Ilham Lubis dan Sekretaris Ditjen PHU Cepi Supriatna.
Dirjen PHU mengatakan Indonesia setiap tahun memberangkatkan jamaah ke Tanah Suci dengan jumlah terbesar. Pada musim haji 1434H/2013M jumlah jemaah haji Indonesia yang akan berangkat sebanyak 168.800 dengan rincian 155.200 orang untuk haji reguler dan haji khusus 13.600 orang. Jumlah tersebut setelah dipangkas 20 persen sebagai akibat dari kebijakan pemerintah Saudi.
Namun, tetap masih menjadi negara terbesar dalam jumlah jamaah haji. Disamping itu, setiap tahun juga tidak kurang dari 500 ribu orang Indonesia melakukan ibadah umrah.
"Jamaah kita sangat dominan, tapi tetap sederhana dan bersahaja. Juga dikenal sebagai jamaah yang taat pada peraturan," ujar Anggito.
Mengenai seragam mukena bagi jamaah, kata Anggito, ini bukan untuk menonjolkan diri. Tetapi sebatas identitas dari bangsa yang memiliki jamaah terbesar dan punya karakter yang unik.
Ia menambahkan, seragam mukenah tidak diperjualbelikan oleh Kementerian Agama. "Properti (desain) ini milik Kemenag, tapi pengadaan oleh bank-bank penerima setoran haji dan untuk dihibahkan kepada jamaah," papar Anggito.